Saturday, December 19, 2009

Momentum Hijrah untuk Berubah Menjadi Lebih Baik


Hijriah berasal dari kata hijrah yaitu berpindah tempat, tahun dalam kalender islam dinamakan tahun Hijriah karena kaum muslimin pada saat kekhalifaan Umar Bin Khatab R.A. menyepakati bahwa momentum yang sangat penting untuk selalu diingat oleh para kaum muslimin adalah pada saat Nabi Muhammad saw. Hijrah dari kota Mekah ke Madinah. Momentum Hijrah Rasulullah sangat berarti dan penting dalam proses perkembangan ajaran agam islam karena di situlah saat pertama umat islam yang dipimpin Rasulullah membangun kekuatan dan pondasi untuk kemudian sampailah islam menjadi besar serta menyebar ke seluruh penjuru bumi sampai sekarang. Hijrah merupakan peristiwa yang sangat penting dan besar bagi seluruh kaum muslimin di dunia karena disitu merupakan awal mula kebangkitan islam. Jadi, kalender tahun islam dinamakan Tahun Hijriah, supaya kaum muslimin dari generasi ke generasi tidak melupakan peristiwa awal mula kebangkitan islam tersebut.


Hijrah bermakna berpindah, perpindahan itu dapat diartikan dalam dua jenis dan bisa saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Yaitu yang pertama, Hijrah atau berpindah tempat dalam arti sebenarnya yaitu berpindah tempat secara kasat mata seperti halnya yang dilakukan Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Kedua yaitu Hijrah dalam arti berpindah tempat secara tidak kasat mata atau lebih mengarah ke hal rohaniah yang artinya berpindah tempat dari sifat yang dulunya tercela dan buruk ke arah sifat lebih baik. Proses hijrah Rasulullah dahulu merupakan gabungan antara hijrah fisik kasat mata dan hijrah yang tidak kasat mata atau sifat. Dalam hal kekinian hijrah kita itu tergantung dari keadaan yang sementara dialami, ada yang memang mengharuskan untuk hijrah menurut kedua pengertian tersebut yaitu hijrah arti sebenarnya yaitu berpindah tempat dan hijrah yang lebih bersifat rohaniah, dan ada juga yang hanya memerlukan untuk berhijrah secara tidak kasat mata yaitu mengubah sifat dari dulunya kurang baik menjadi lebih baik, dan saya rasa keadaan kita sekarang itu lebih mengarah untuk berhijrah secara pengertian yang kedua yaitu berhijrah atau berpindah tempat dari yang dahulu sifat dan perilakunya buruk menjadi bersifat dan berperilaku yang lebih baik.Jad, intinya makna hijrah yaitu usaha perpindahan dari sesuatu yang dulunya tidak baik atau kurang baik menjadi semakin baik.


Hikmah atau makna lain yang bisa dipetik dari momentum hijrah yaitu sebagai pemicu dan motivasi kaum muslimin untuk bisa menjadi lebih baik karena mengingat peristiwa dan usaha-usaha yang sangat berat dari Rasulullah dan para sahabat dalam bermujahadah demi kebangkitan umat muslim. Oleh karena itu, marilah kita menjadikan momentum tahun baru Hijriah ini sebagai motivasi kita untuk berniat dan berusaha minimal untuk memperbaiki diri sendiri kemudian ke hal yang lebih luas. Untuk berubah menjadi lebih baik dibutuhkan niat dan kesadaran, karenanya introspeksi diri dan muhasabah kemudian taubat sangat diperlukan sebagai dasar untuk perbaikan diri kemudian dilanjutkan dengan usaha. 


Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah saw. bersabda bahwa barangsiapa yang hari ini sama dengan hari yang lalu berarti ia adalah orang yang merugi, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari yang lalu berarti ia adalah orang yang celaka, dan barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari yang lalu maka ia adalah orang yang beruntung.



Subhanallah, semoga kita termasuk golongan orang yang beruntung……AMIN.

Monday, December 7, 2009

Empat hal yang dapat mengubah takdir



Ada empat cara yang Allah telah takdirkan dan dapat mengubah takdir Allah SWT.:

1.Ikhtiar, Allah memberikan kepada kita tenaga, akal pikiran, dan perasaan yang merupakan prosesi untuk ikhtiar, berusaha, berjuang, bekerja, dan bergerak. Kita dianjurkan untuk selalu berikhtiar, berjuang, sabar dalam ikhtiar. Introspeksi diri dan memperbaiki keadaan dalam berjihad. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah takdir suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah keadaan dirinya.”(Al-Radu : 11)

2.Do'a,
“Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali do'a” (H.R. Tirmidzi)
Doa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah do'a yang ikhlas dan sungguh-sungguh. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

“Berdo'alah kepada-Ku, niscaya niscaya akan Aku kabulkan.” (Al-Mu’min : 60)

Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang mengemis kepada-Nya, memohon kepada-Nya, agar kiranya Dia campur tangan dalam urusan kita. Menangis dalam berdoa. Puncak kekhusukan do'a adalah pada saat kita berdo'a sambil menangis, karena menangis mereka bertambah khusuk. Berdo'a saat sujud karena itu adalah posisi yang terbaik untuk berdoa. Oleh karena itu, perbanyaklah berdoa saat sujud.

3.Khusnuzhan, dalam hadits qudsi:
“Aku bagaimana prasangka atau praduga hamba-Ku.” (H.R. Bukhari)

Baik sangka merupakan akhlak yang terpuji, ada hikmahnya dan banyak kebaikannya. Kita harus selalu berbaik sangka bahwa dalam setiap peristiwa ada rahmat Allah. Subhanallah! Denga berbaik sangka bahwa di balik sakit ada rahmat, di balik musibah ada hikmah dan di dalam kematian ada ridha Allah, maka kita akan bertambah dekat dengan Allah. Dengan berbaik sangka, takdir itu akan menjadi lebih baik, akan diterimanya dengan ikhlas, dan percaya bahwa takdir itu adalah qudrah dan iradat Allah. Semua takdir yang diberikan oleh Allah adalah yang terbaik. Hanya saja kita sering melihatnya dengan nafsu dan emosi. Sedangkan dalam nafsu ada dunia, dosa, dan kepentingan-kepentingan sesaat yang menyebabkan kita tidak nyaman melihat takdir dan selalu menyalahkan.

4.Tawakkal kepada Allah SWT. Setelah kita berikhtiar, berdoa dan berbaik sangka kemudia yang terakhir kita harus tawakkal. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Barang siapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah (setelah ia berikhtiar, berdoa, berkhusnudzan) niscaya Allah akan mencukupi kebutuhannya (urusan berikutnya adalah urusan Allah).” (At-Thalaq : 3)


Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang setelah berjuang maksimal, lalu ia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, apapun yang diberikan Allah dia terima dengan lapang dada. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Allah senang/cinta/sayang kepada hamba-hamba-Nya yang menyerahkan urusannya kepada Allah.” (Ali-Imran : 159)

Sebagai manusia kita tidak ada apa-apanya, lemah dan dhaif. Karena itu, setelah berikhtiar kita serahkan segalanya kepada Allah. Usaha wajib, tetapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Apapun keputusan Allah itulah yang terbaik.

(SUMBER: USTADZ ARIFIN ILHAM)

Saturday, December 5, 2009

MURSALIN MUHMAR



M asih ingatkah wahai diri………?
U raian waktu yang telah terjadi
R esah, sedih, senang, duka, riang, dan bahagia
S emuanya telah terjadi dan terus silih berganti
A ndai terselami segala masa
L alu dapat dipahami hikmah kesudahannya
I mpian-impian yang terbuai dari dalamnya jiwa
N aluri untuk menggapai kebahagiaan sejati

M emang hidup tak hanya sampai di sini
U mpama jiwa yang tak pernah mati
H ingga datangnya akhir yang abadi
M elanjutkan asa pada kehidupan hakiki
A gar tekuak misteri nafsu diri
R asa, kembalilah dengan fitrah yang suci

Makassar, 06 Juni 2008

Saturday, November 21, 2009

10 JURUS DO'A DIKABULKAN



APA SIH RAHASIA DOA KITA DIKABUL OLEH-NYA?
TERNYATA MUDAHLOH KALAU KITA JUGA TAU APA YG HARUS DIHINDARI DALAM BERDOA.IBARAT PERIBAHASA "KARENA NILA SETITIK RUSAK SUSU SEBELANGA" YUK SEMPURNAKAN ADAB NYA, JELASNYA SEPERTI INI:

ADAB BERDOA

1.MEMAKAN MAKANAN DAN PAKAIAN DARI YANG HALAL
Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” Imam Muslim

2. HENDAKNYA MEMILIH WAKTU DAN KEADAAN YG UTAMA, seperti:

A. tengah malam, Rasulullah saw. bersabda:

“Keadaan yang paling dekan antara Tuhan dan hambanya adalah di waktu tengah malam akhir. Jika kamu mampu menjadi bagian yang berdzikir kepada Allah, maka kerjakanlah pada waktu itu.”

Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya bagian dari malam ada waktu yang apabila seorang hamba muslim meminta kebaikan kepada Allah dan sesuai dengan waktu itu, pasti Allah mengabulkannya.” Imam Ahmad menambah: “Itu terjadi di setiap malam.”

B. saat sujud. Rasulullah saw. bersabda: “Dan adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian berdoa, niscaya akan diijabahi doa kalian.”

C. ketika adzan. Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan, maka pintu-pintu langit dibuka, dan doa diistijabah.”

D. antara adzan dan iqamat. Rasulullah saw. bersabda: “Doa antara adzan dan iqamat mustajab, maka berdoalah.”

E. ketika bertemu musuh. Dari Sahl bin Saad, dari Nabi saw. bersabda: “Dua keadaan yang tidak tertolak atau sedikit sekali tertotak; doa ketika adzan dan doa ketika berkecamuk perang.”

F. ketika hujan turun. Dari Sahl bin Saad dari Nabi saw. bersabda: “Dan ketika hujan turun.”

G. potongan waktu akhir di hari Jum’at. Rasulullah saw. bersabda: “Hari Jum’at 12 jam tiadalah seorang muslim yang meminta kepada Allah sesuatu, kecuali pasti Allah akan memberinya. Maka carilah waktu itu di akhir waktu bakda shalat Ashar.”

H. doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya. Dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’ berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang berdoa bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu, kecuali Malaikat berkata, bagimu seperti apa yang kamu doakan untuk saudaramu.” Dalam kesempatan yang lain Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang al-akh bagi saudaranya tanpa sepengetahuan dirinya tidak tertolak.”

I. hendaknya ketika tidur dalam kondisi dzikir, kemudian ketika bangun malam berdoa. Dari Muadz bin Jabal dari Nabi saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang tidur dalam keadaan dzikir dan bersuci, kemudian ketika ia bangun di tengah malam, ia meminta kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, kecuali Allah pasti mengabulkannya.”

3. BERDOA MENGHADAP KIBLAT DAN MENGANGKAT TANGAN

Dari Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Maha Pemurah. Dia malu jika ada seseorang yang mengangkat kedua tangannya berdoa kepada-Nya, Dia tidak menerima doanya, nol tanpa hasil.”

4. DENGAN SUARA LIRIH, TDK KERAS & TDK TERLALU PELAN

Rasulullah saw. bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepada-Nya tidak tuli dan juga tidak tidak ada / gaib.”

5. TDK MELAMPAUI BATAS DALAM BERDOA

Allah swt. berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas.” Al-A’raf:55. Contoh melampai batas dalam berdoa adalah minta disegerakan adzab, atau doa dalam hal dosa dan memutus silaturahim dll.

6. RENDAH DIRI DAN KHUSYU.
Allah swt. berfirman:

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Al-Araf:55. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Anbiya’:90:

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”

7. SADAR KETIKA BERDOA, YAKIN AKAN DIKABULKAN DAN BENAR DALAM PENGHARAPAN

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berdoalah kepada Allah, sedangkan kalian yakin akan dikabulkan doa kalian. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” Imam Ahmad

Rasulullah saw. juga bersabda: “Jika salah satu di antara kalian berdoa, maka jangan berkata: “Ya Allah ampuni saya jika Engkau berkenan. Akan tetapi hendaknya bersungguh-sungguh dalam meminta, dan menunjukkan kebutuhan.”

Sufyan bin ‘Uyainah berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian menahan doa apa yang diketahui oleh hatinya (dikabulkan), karena Allah swt. mengabulkan doa makhluk terkutuk, iblis laknatullah alaih. Allah swt. berfirman: “Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.” Al-Hijr:36-37

8. HENDAKNYA KETIKA BERDOA MEMELAS, MENGANGGAP BESAR APA YG DI DOAKAN DAN DIULANG 3X

Ibnu Mas’ud bekata: “Adalah Rasulullah saw. jika berdoa, berdoa tiga kali. Dan ketika meminta, meminta tiga kali. Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah satu di antara kalian meminta, maka perbanyaklah atau ulangilah, karena ia sedang meminta kepada Tuhannya.”

9. HENDAKNYA KETIKA BERDOA DIMULAI DGN DZIKIR KPD ALLAH DAN MEMUJINYA & AGAR MENGAKHIRINYA DGN SHALAWAT ATAS NABI SAW

10. TAUBAT & MENGEMBALIKAN HAK ORANG YG DIZHALIMI, MENGHADAP ALLAH DGN RINGAN

Dari Umar bin Khattab ra. berkata: “Sesungguhnya saya tidak memikul beban ijabah, akan tetapi memikul doa, maka ketika saya telah berupaya dalam doa, maka ijabah atau dikabulkan akan bersamanya.”

Ia melanjutkan: “Dengan sikap hati-hati dari apa yang diharamkan Allah swt. Allah akan mengabulkan doa dan tasbih.”

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan kecuali orang yang sadar dalam berdoa. Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan dari orang yang mendengar, melihat, main-main, sendau-gurau, kecuali orang yang berdoa dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.”

Dari Abu Darda’ berkata: “Mintalah kepada Allah pada hari di mana kamu merasa senang. Karena boleh jadi Allah mengabulkan permintaanmu di saat susah.” Dia juga berkata: “Bersungguhlah dalam berdoa, karena siapa yang memperbanyak mengetok pintu, ia yang akan masuk.”

Dari Hudzaifah berkata: “Akan datang suatu zaman, tidak akan selamat pada zaman itu, kecuali orang yang berdoa dengan doa seperti orang yang akan tenggelam.”

MENGHINDARI KESALAHAN DALAM BERDOA:

Ada beberapa praktek doa yang disebagian umat muslim masih terus berlangsung, padahal itu menjadi penghalang doa dikabulkan. Di antaranya adalah:

1. BERDOA UNTUK KEBURUKAN KELUARGA, HARTA DAN JIWA

Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berdoa untuk kemadharatan diri kalian, dan jangan berdoa untuk keburukan anak-anak kalian. Jangan berdoa bagi keburukan harta-harta kalian. Janganlah kalian meminta kepada Allah di satu waktu yang diijabah Allah, padahal doa kalian membawa keburukan bagi kalian.” Imam Muslim

2. TERLALU KERAS DALAM BERDOA. Allah berfirman:

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Al-Isra’:110

3. MELAMPAUI BATAS. Seperti berdoa agar disegerakan adzab, doa dengan dicampuri dosa dan memutus tali silaturahim.

4. BERDOA DENGAN PENGECUALIAN. Contoh: “Ya Allah, ampuni saya jika Engkau berkenan.”

5. TERGESA-GESA.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Akan diijabahi doa kalian, jika tidak tergesa-gesa. Sungguh kamu telah berdoa, maka atau kenapa tidak diijabahi?” Imam Bukhari

Semoga kesungguhan doa kita, akan dikabulkan oleh ALlah SWT.
Sumber:Ustadz Ulis Tofa, Lc
http://www.dakwatuna.com/2009/10-adab-agar-doa-dikabulkan/
Wassalamualaiukm Wr. Wb.

Manifestasi TAUBAT NASUHA




Naubatan nasuha merupakan taubat yang sesungguh-sungguhnya yang didasarkan dari lubuk hati yang paling dalam karena menyadari segala kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan. Menurut para ulama ada tiga tanda-tanda bahwa seseorang itu telah sadar dan taubat yang sesungguhnya yaitu:

1. Mengakui segala kesalahan yang pernah dilakukannya.
Ini adalah tahapan taubat yang paling awal yaitu pengakuan terhadap kesalahannya yang biasanya disertai dengan ucapan Astagfirullah Al Adzim, ada juga orang yang hanya sampai di sini taubatnya tetapi masih mendingan daripada orang yang tidak pernah merasa bahwa dirinya banyak berbuat salah.

2. Berjanji bersungguh-sungguh untuk tidak akan pernah mengulangi kesalahannya kemudian ditandai dengan usaha yang serius untuk merealisasikan dari janjinya tersebut. Seperti jika misalnya dia dahulu adalah seorang pemabuk, penjudi, pezina, atau dosa-dosa yang lain, maka dia akan berusaha untuk tidak mendekatinya apalagi melakukan perbuatan tersebut.

3. Berusaha untuk melakukan kebaikan dan perbaikan untuk dirinya yaitu melaksanakan seluruh perintah-perintah Allah Swt seperti menunaikan shalat dan terus melakukan perbaikan terhadap shalatnya, melaksanakan puasa, zakat, menolong sesama yang membutuhkan dan seluruh ibadah yang diperintahkan oleh Allah Swt.



Namun sebagai manusia biasa yang terkadang khilaf pasti kita tidak akan pernah selamanya luput dari kesalahan yang terpenting di sini yang Allah nilai yaitu usaha kita untuk betul-betul bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kriteria-kriteria taubat tersebut. Kalau suatu saat kita terjatuh di lubang kesalahan, maka kita akan berusaha untuk bangkit kembali dan terus melakukan kebaikan. Dan yang paling utama di sini adalah kita minta tolong kepala Allah Yang Maha Menguasai Kehidupan agar Dia sudi kiranya memberi hidayah dan jalan sehingga kita tidak menjadi orang yang salah jalan karena kita memang manusia biasa yang sangat terbatas kemampuannya.

Jika Taubat dilandasi dengan penuh hati, maka hati kita lambat laun akan terus terbuka menerima hidayah Allah sehingga jika yang dahulunya hati tertutup dengan kebaikan maka akan terbuka dengan pemahaman-pemahaman kebaikan.

TAUBAT



Segala yang Dilakukan, Sekecil Apapun Itu akan Kembali Kepada Pelakunya


Saudaraku……
Begitu banyak di antara kita yang masih saja belum ingin taubat terhadap segala perbuatan yang ia lakukan, masih larut dalam gelimang maksiat dan dosa, Masih bangga terhadap dosa-dosa yang ia kerjakan, atau mungkin juga banyak yang merasa bahwa apa yang dia kerjakan buakanlah perbuatan dosa. Padahal Allah SWT telah memberikan petunjuk di dalam Al-Qur’an dengan firmannya:

“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan meskipun sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan sebesar biji dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya”(Q.S. Al-Zalzalah)

Terang dan nyata sekali apa yang Allah janjikan tersebut bahwa segala yang dilakukan sekecil apapun akan kembali kepada pelakunya. Kita bisa lihat fenomena yang terjadi di lingkungan kita mulai yang paling dekat yaitu diri kita sendiri, tidakkah kita sadari bahwa segala sesuatu yang kurang mengenakkan yang dialami sekarang merupakan manifestasi dari kesalahan-kesalahan kita yang lalu. Kalau kita sekarang susah dalam kehidupan atau keadaan perekonomian sesungguhnya itu karena kesalahan kita dahulu, mengapa kita tidak betul2 mempersiapkan diri dengan berdoa, belajar dan berbuat kebaikan sehingga sekarang kita nikmati hasilnya. Atau kita lihat teman-teman kita yang sekarang baik dan kurang baik kehidupannya dalam segi ekonomi dll, kemudian kita review kembali bagaimana kelakuan dan tindakannya masa lalu, maka akan kita lihat sesuatu yang berhubungan antara masa lalunya dan keadaannya sekarang.

Meskipun ada orang yang dahulunya tindakannya buruk tetapi sekarang berubah total itu karena melalui suatu proses yang panjang. Mungkin karena doa-doa orang tuanya atau saudara-saudaranya yang saleh, atau mungkin ada kebaikan yang pernah ia lakukan meskipun kecil di mata manusia akan tetapi Allah menilai besar, kemudian Allah berkuasa penuh untuk mengubahnya melalui jalan-jalan hidayah. Dan jalan-jalan hidayah ini bermacam-macam juga ada orang yang bisa sadar melalui mendengarkan adzan, mendengarkan ceramah, dan ada juga orang baru menyadari kesalahannya karena Allah Swt menegurnya dengan memberikan cobaan atau musibah. Yang pastinya semua orang yang mendapat hidayah tersebut, ada sesuatu hal kebaikan yang berkaitan dengan dirinya kemudian Allah Swt. bersedia membukakan jalan-jalan hidayah, meskipun ia menyesal karena terlambat tetapi jalan masih ada selama nafasnya masih berhembus. Itu masih jauh lebih baik dari pada orang yang tidak diberi kesempatan untuk sadar (insyaf).

Orang-orang yang sadar (insyaf) sekarang berkata mengapa tidak dari dulu saya sadar? Mengapa setelah melalui banyak proses, tahap, dan kejadian yang buruk yang Allah timpakan baru saya sadar? Lalu bagaimana dengan orang yang sama sekali tidak mempunyai keinginan dan lingkungan yang bisa meraih simpati Allah untuk menolongnya, yang sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk berubah dan tidak mengakui bahwa ia salah.

Tuesday, October 27, 2009

Zionis Menyerang Lagi Umat Muslim Palestina, Sungguh Kejam

Sekedar Info, tadi pagi sy lihat berita di TV yaitu TV One dan Metro TV.
Beritanya seperti ini:

Para Zionis Israel menyerang kaum Palestina yang sedang berunjuk rasa di Yerusalem Pelestina sekitar kompleks masjidil Aqsha, para Zionis yg di kejam menembaki para demonstran, bahkan perempuan yg berdemo ikut ditembak. Mereka berdemontrasi kepada pemerintah Israel supaya dapat diberi izin beribadah dalam masjid Al-Aqsha dan supaya kaum penjajah meninggalkan negeri mereka.

Kita ketahui bahwa kaum zionis penjajah Israel terlaknat, akhir2 ini melarang kaum muslimin beribadah di masjidil Aqsha, dan kabarnya mereka akan membongkar masjid tersebut untuk menemukan kerajaan Sulaiman yang konon di bawah masjid (yg sudah lama tdk terbukti). Padahal Masjidil Aqsha adalah milik kaum muslimin dan berada dalam wilayah Palestina. Namun begitulah, oleh karena mereka sdh tdk mempunyai perasaan lagi sehingga menghalalkan semua cara termasuk darah manusia untuk mencapai ambisi nafsux.

Kita ketahui bahwa masjidil Aqsha adalah salah satu dari 3 empat yang dimuliakan dalam islam Yaitu Masjidil Haram Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina. Oleh karena di masjid tersebut merupakan tempat Rasulullah Muhammad SAW melakukan perjalanan Misra’Mi’raj, yaitu perjalanan isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian di Masjidil Aqsha naik Mi’raj ke langit memenuhi perintah Allah SWT.

Begitu nyata kekejaman para KAUM Zionis Penjajah, Pembunuh. Kaum pembuat MAKAR KEJAHATAN yang sesungguhnya di muka bumi ini, dan merekalah teroris sejati.
Ya Allah, hamba mohon dengan sangat selamatkan dan lindungi saudara2 kami di Palestina yang sedang berjuang merpertahankan haknya, jangan biarkan mereka para zionis terus merajalela melakukan angkara murka di muka bumi-Mu ini. AMIN….

Saturday, October 24, 2009

Pemilihan Menteri Menuai Banyak Kritik

Pemilihan menteri KIB jilid 2 langsung menuai banyak kontroversi, terutama pemilihan Endang Rahayu Setianingsih sbg menkes. Yg paling pertama bereaksi adalah mantan menkes Siti Fadilah Supari, beliau mengatakan kekecewaanya mengapa Endang yang dipilih padahal masih banyak orng2 di bidang kesehatang yg lebih berkompeten. Dikabarkan di media bahwa dulu sewaktu Endang masih menjabat kepala peneliti di Depkes, dia pernah membawa sampel virus untuk diteliti di AS dgn tanpa sepengetahuan St Fadilah S. sbg menteri, padahal kata St. Fadilah Supari mengatakan tdk boleh membawa sampel virus dari Indonesia ke USA untuk diteliti karena bisa disalahgunakan makanya Endang pada waktu itu dipecat oleh Menkes St. Fadilah S.

Sewaktu Endang menjabat sbg kapala peneliti depkes, dia sangat mendukung keberadaan NAMRU (yaitu suatu badan penelitian AU, USA) di Indonesia. Padahal menurut pengamat NAMRU itu selain melakukan penelitian, juga sbg mata-mata atau intelijen Amerika, jadi Penelitia hanya sebagai kedok padahal ada niat tertentu dibalik kegiatannya. Makanya sampai selrang NAMRU dilarang beroperasi lagi di Indonesia.

Tetapi setelah Endang R. S. dilantik, sang menteri langsung mengadakan perjanjian kerjasamadi bidang kesehatan dgn I U C Amerika Serikat.

Dengan alasan itu semua banyak pengamat yang mengatakan bahwa penunjukan Endang R. S. sbg menkes merupakan atas persetujuan atau pesanan dari AS. Karena mengacu pada kinerja Endang selama ini yg pro Amerika dan diperkirakanlah bahwa Endang itu merupakan mata-mata asing pastinya Amerika Serikat.

Apalagi pada saat pemilihan menteri yg diperkirakan orang menjadi menkes adalah Nila Anfasa Muluk (sang ahli mata), tetapi akhirnya Endang yang dipilih meskipun beredar kabar bahwa pemilihannya tdk melalui tes seperti menteri lain, karena langsung saja muncul.

Kata pepatah bijak "Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api", tidak mungkin beredar isu dan berita kalau tidak ada bukti dan alasan yang menjadi dasar.

Wednesday, October 21, 2009

Rembulan Bersedih, Bumi Menangis


Rembulan bersedih
Menatap bumi menangis
Pucat pasi oleh gemerlap cahaya bias
Kelelahan dan hampir tak tersisa
Terkuras membumbung menuju keniscayaan
Akibat ulah manusia tak berperi


Rembulan menangis
Memandang bumi menangis
Kini…..tak ada lagi nyiur melambai
Tak ada lagi nyiur merdu kicau burung pagi
Tak ada lagi suara ayam berdendang menyambut fajar
Tak ada lagi senandung jangkrik mengiring malam
Berganti deru bercampur gumpalan debu
Berganti nyanyian menyayat sang burung malam
Berganti bisingan besi-besi berjalan
Berganti suara dentuman makhluk tak berjiwa
Rembulan merintih
Menyaksikan bumi terisak
Gunung diratakan, pantai dicemari, hutan dibakar, bumi diperas
Ulah keserakahan manusia dan para pemimpin bermata satu
Dan, yang ada hanya penantian
Menanti bilakah datangnya hari penentuan
Kini, bumi tak lagi muda……


By. Mursalin Muhmar

Politisi PDIP Mengkritik Pernyataan SBY

Kemarin, tepatnya tanggal 20 Oktober 2009 adalah saat pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Pada pelantikan tersebut presiden terpilih yaitu Susilo Bambang Yudoyono memberikan pidato kenegaraan. Presiden SBY dalam pidatonya menyatakan bahwa perekonomian Indonesia akhir-akhir ini telah menunjukkan peningkatan pesat, bahkan diprediksi menjadi Negara dengan perekonomian ke-3 tertinggi di dunia.

Pernyataan tersebut langsung menuai kritik oleh politisi PDIP, seusai acara pelantikan beliau (maaf lupa namanya) mengatakan kepada wartawan bahwa pernyataan presiden bohong, jika perekonomian Indonesia menjadi ke-3 tertinggi di dunia lalu bagaimana dengan Malaysia, Australia, dll.

Saya hanya tersenyum kecut (senyum yang dipaksakan dan senyum menahan sakit hati) menyikapinya, itulah dampak dari sikap Over Positif Mind (kelewatan berfikir baik)sehingga tidak lagi bisa membedakan kenyataan yang terjadi dan bisa saja tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan karena selalu saja berfikir bahwa semuanya telah berjalan dengan baik dengan peningkatan yang terjadi meskipun kenyataannya mengatakan bahwa masih banyak sekali kekurangan. Kenyataannya gelandangan dan pengemis di mana-mana, orang yang menganggur dan mencari kerja yang semakin banyak serta bertambah, dsb.

Kritik itu baik supaya orang yang bersangkutan bisa menyadari kesalahannya dan akan berusaha memperbaikinya.



Wednesday, October 7, 2009

Media Ash-Shaffat

BULETIN DAKWAH

Media
Ash-Shaffat


EDISI I/Juli 2008 Muhasabah Menuju Jalan Mardhatillah
Motto:
“Berdakwalah kepada manusia dengan bijaksana dan lemah lembut serta berilah pengajaran yang baik. Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (pendekatan etika santun)…”
(Pencerahan, Q.S. An-Nahl:125)


HAKIKAT KEHIDUPAN
HIDUP UNTUK BERAMAL DAN BERIBADAH

“Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa dan Maha Pengampun.”
(Q.S. Al-Mulk : 1-2)


Diterbitkan Oleh: BINA PENGABDIAN DAN KEPEDULIAN UMAT (BPKU-DIKSI) “ASH-SHAFFAT” Penasihat: H. HADING WASE, Lc.MA H. MUSTARI TAHIR, S.Pd.I Penanggungjawab: SULAEMAN MILLA,S.Ag.MA MUH. RIDWAN KASIM, S.Ag Pimpinan Redaksi: RIDWAN M, S.Ag Sekretaris: MUHAMMAD ARIF P, SP Dewan Redaksi: FAIZAL PAITA, S.Pd.I MUH. TAHIR TAJUDDIN, SPd SULTAN ALI CELLA. Alamat Redaksi: Jl. Kijang No. 8 Pinrang. Telp. (0421) 923627 HP. 085242622588 – 08524211267. M O H O N DISIMPAN DI TEMPAT YANG LAYAK.
Amal shaleh adalah perbuatan baik yang tidak terbatas pada ritual ibadah yang berhubungan langsung kepada Allah saja. Namun menyantungi yatim piatu dan fakir miskin juga termasuk amal s h a l e h, bahkan menyingkirkan duri di jalanan pun termasuk perbuatan amal shalih.

Kita memang sangat diperintahkan untuk berbuat kebaikan. Perbuatan baik atau amal shaleh tidaklah pernah sia-sia karena segala kebaikan yang dilakukan tersebut s e l a i n menguntungkan bagi yang dibantu, dampaknya juga akan berpulang kepada pelakunya. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Maka barang siapa mengerjakan amal kebaikan meskipun sebesar biji Zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(Q.S. Az-Zalsalah : 7)

Selagi nyawa masih dikandung badan, maka hendaklah k i t a memanfaatkan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Jangan menunda-nunda karena kita tidak pernah menduga kapan kematian datang. Betapa menyesal diri kita, manakala melakukan perbuatan keji kemudian malaikat maut merenggut nyawa kita, sehingga mati dalam keadaan tidak sempat berbuat baik dan menanggung dosa.

Dalam hadits BukharI diterangkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW. menepuk pundak Ibnu Umar seraya berkata,

“Ketika engkau berada di sore hari, janganlah m e n a n t i datangnya pagi. Ketika engkau berada di pagi hari janganlah m e n a n t i datangnya p e t a n g. Manfaatkan s e h a t m u sebelum sakitmu pergunakan hidupmu sebelum matimu.”

Seringkali manusia lupa terhadap k e w a j i b a n beribadah kepada A l l a h karena tenggelam dalam kesibukan dunia. Menafkahi diri dan keluarga m e r u p a k a n kewajiban dan amanah, tetapi hal tersebut bukanlah menjadi penghalang kita dalam menunaikan kewajiban kepada Allah (shalat lima waktu) karena itu adalah kewajiban utama. Meskipun kepentingan dunia dan akhirat sama-sama harus dijalankan.

Tidak ada yang paling indah dalam kehidupan manusia selain memiliki iman dan amal shaleh. Jika ingin senantiasa merasakan jalan kenikmatan yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan, m a k a mengerjakan amal shalih baik itu yang dilakukan dengan ibabah langsung kepada Allah maupun berupa amal yang ditujukan kepada manusia harus selalu dipelihara.

Alangkah bahagia jika seseorang dibimbing Allah untuk selalu berbuat amal kebaikan. B u k a n k a h kesempatan beramal terbuka bagi semua kalangan, selagi kita mempunyai niat yang sungguh-sungguh sehingga jalan menuju hidayah terbuka untuk senantiasa melakukan kebaikan dan perbaikan. Oleh karena itu, marilah sama-sama menjadikan apapun aktifitas yang kita lakukan senantiasa menjadi ladang amal dan pahala, karena manisnya buah taqwa dapat menjadikan kita mulia di sisi Allah.

Tanda-tanda orang yang merasakan nikmatnya beramal adalah manakala ia dapat berbuat tanpa pamrih disertai keikhlasan niat karena kepatuhannya kepada Allah. Jika ibadah atau amal shaleh dilakukan tanpa pamrih, maka akan mendapat ketenangan hakiki serta ketentraman batin.

Kenikmatan hidup yang dapat banyak menghasikan ketentraman akan lebih terasa ketika A l l a h memberi keberkahan hidup berupa nikmat ketaatan dengan senantiasa berusaha melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Adapun jika kita bersyukur, maka nikmat itu bertambah dan membawa manfaat yaitu kepuasan hati karena telah melakukan amal kebaikan. Pada hakikatnya, yang disebut kenikmatan lahir dan batin yaitu ketika kita selalu merasa bersyukur atas segala anugerah Allah SWT.

Wallahu a’ lam bish shawab.


Dari paparan di atas dapat kita pahami bahwa:
 Tujuan hidup kita adalah menyembah kepada Allah SWT sehingga hakikat kehidupan sesungguhnya yaitu kehidupan yang lebih kekal dapat kita raih.
 Jalan untuk meraih kehidupan akhirat tersebut adalah melakukan amal shaleh sebanyak-banyaknya dan tentu saja shalat menjadi amalan utama yang harus dikerjakan.
 Selain ibadah langsung kepada Allah seperti shalat, puasa, dan sebagainya, masih banyak lagi amal shaleh lainnya contohnya berbuat baik kepada sesama manusia.
 Kemuliaan seseorang di sisi Allah berdasarkan ketakwaannya.
 Nikmat terbaik dalam hidup ini yaitu kesempatan dan kemampuan yang diberikan oleh Allah untuk selalu berbuat kebaikan.


Teropong Qalbu“janganlah memandang dunia secara lahiriah semata. Namun pandanglah hakikat dunia dengan hati. Hakikat dunia dijadikan pelajaran yang sangat berarti, sehingga kita waspada dan hati-hati karena dunia ini hanyalah kesenangan sementara, siapkan bekal hidup sebelum datang kematian.”


KRU BULETIN DAKWAH “MEDIA ASH-SHAFFAT” BERSAMA SEGENAP KARYAWAN DAN KARYAWATI SPBU 74-912.19 SAWITTO – PINRANG, MENGUCAPKAN : TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DAN SEMOGA TIBA DENGAN SELAMAT DI TEMPAT TUJUAN.

Tuesday, October 6, 2009

Potret Runtuhnya Keadilan Sosial


Koran TEMPO, 8 Januari 2009

oleh : Firdaus Cahyadi
Knowledge Sharing Officer for Sustainable Development, OneWorld-Indonesia

Juni 2008 mungkin merupakan bulan yang tidak pernah dilupakan oleh keluarga Ibu Jumik, korban lumpur Lapindo. Pasalnya, di bulan tersebut ibu berusia 52 tahun itu mulai merasakan sakit luar biasa di perutnya. Sakit di perutnya itu yang kemudian menghantar Ibu Jumik menghadap Sang Pencipta. Pada saat itu keluarga Ibu Jumik pun segera membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. Sekitar dua minggu Ibu Jumik dirawat di rumah sakit. Namun, karena tak mampu membiayai ongkos rumah sakit, keluarga Ibu Jumik membawanya pulang ke tempat pengungsian korban Lapindo di Pasar Baru Porong. Keluarganya pun pasrah. Selanjutnya, Ibu Jumik dirawat dengan menggunakan pengobatan alternatif. Celakanya, dalam keadaan sakit kronis tersebut Ibu Jumik masih terpaksa melewati hari-harinya di pengungsian korban Lapindo.

Dua tahun lebih luapan lumpur Lapindo telah menghancurkan rumah Ibu Jumik di Desa Renokenongo. Menurut penuturan Sugiyat, anak tunggal Ibu Jumik, seperti yang ditulis di web korban Lapindo, rumah keluarganya terendam lumpur setelah muncul ledakan pipa gas Pertamina. Namun, air yang telah menggenangi rumahnya sejak hari pertama munculnya semburan lumpur memaksa keluarga tersebut meninggalkan rumahnya untuk menjadi pengungsi. Mungkin Tuhan tidak rela Ibu Jumik mengalami penderitaan yang terlalu panjang. Pada Minggu, 30 November 2008, Ibu Jumik mengembuskan napas terakhir.

Kematian adalah takdir Tuhan. Namun, kematian Ibu Jumik adalah potret dari runtuhnya rasa keadilan di negeri ini. Institusi negara, dari pusat hingga daerah, tidak merespons secara baik derita yang dialami warganya. Kelompok korporasi yang terkait dengan persoalan semburan lumpur pun membiarkan Ibu Jumik meregang nyawa dengan masih menyandang status sebagai korban lumpur. Ibu Jumik dan keluarganya dapat dipastikan tidak memiliki kesalahan kepada Lapindo. Namun, tanpa permisi, semburan lumpur telah menghancurkan bukan hanya tanah dan rumahnya namun juga harapannya.

Derita yang dialami Ibu Jumik sebagai korban Lapindo hingga akhir hayatnya itu adalah sebuah fenomena gunung es. Banyak korban Lapindo yang mengalami penderitaan yang sama atau bahkan lebih menyedihkan, meskipun tidak harus diakhiri dengan mengembuskan napas terakhir seperti yang dialami Ibu Jumik. Uang hasil ganti rugi, yang seharusnya dapat segera diterima korban Lapindo begitu semburan lumpur menenggelamkan rumahnya, pun hingga kini masih menyisakan persoalan. Berbagai kebijakan pemerintah, baik secara tertulis maupun lisan, justru tidak menjamin kehidupan warga korban menjadi lebih layak atau minimal sama seperti sebelum semburan lumpur menerjang kampungnya.

Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, yang semula diharapkan mampu menjadi payung hukum bagi dilindunginya hak-hak korban Lapindo, pun justru mereduksi persoalan ganti rugi menjadi sekadar jual-beli aset fisik. Artinya, tercemarnya air tanah, udara, dan potensi meningkatnya biaya kesehatan yang diakibatkan oleh semburan lumpur tidak diperhitungkan dalam skema jual-beli aset fisik korban. Meskipun payung hukum yang berupa peraturan presiden itu mereduksi hak-hak korban Lapindo atas lingkungan hidup yang sehat, para korban Lapindo dengan berbesar hati menerimanya. Perpres No. 14/2007 itu diharapkan mampu menjamin kepastian kehidupannya di masa depan dan mengakhiri statusnya sebagai korban lumpur.

Namun, kebesaran hati warga korban Lapindo belum cukup. Pada awal Desember 2008 ini pemerintah justru tidak berdaya menolak keinginan Lapindo untuk kembali mengangsur pembayaran jual-beli aset korban. Krisis keuangan global menjadi alasan Lapindo menunda pelunasan pembayaran yang menjadi kewajibannya itu. Padahal penundaan itu semakin memperpanjang status korban Lapindo sebagai pengungsi di kampungnya sendiri.

Andai saja para pemegang kebijakan di negeri ini masih memegang teguh mandatnya untuk melindungi keselamatan warganya, skema baru yang justru memperpanjang derita korban Lapindo tidak perlu terjadi. Seharusnya alasan kesulitan keuangan yang dialami Lapindo tidak perlu terlalu dipercaya oleh pemerintah. Terlebih lagi PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia (TPI) telah membayar klaim Lapindo atas sumur Banjar Panji 1 (BJP-1).

Menurut sumber BP Migas yang dikutip oleh Ali Azhar Akbar dalam The Brantas Block Chronology, PT TPI telah membayarkan klaim asuransi kepada PT Lapindo Brantas Indonesia (LBI) atas well control sumur BJP-1 sebesar US$ 9.635.615. Pembayaran itu dilakukan pada November dan Desember 2006.

Namun itu semua telah berlalu. Pemerintah telah telanjur memberi keringanan bagi Lapindo untuk tidak melaksanakan ketentuan Perpres No. 14/2007 dan di sisi lain Ibu Jumik pun telah meninggalkan kita semua dengan tetap memegang status sebagai korban lumpur. Derita panjang Ibu Jumik hingga akhir hayatnya tidak akan mungkin mengubah kebijakan negara untuk lebih berpihak pada korban Lapindo. Kematian Ibu Jumik seakan membuka tabir bahwa keadilan sosial di negeri ini sebenarnya telah runtuh dan menjadi bangkai.

Hikmah di Balik Bencana yaitu Taubat


Bencana Gempa Bumi di Negeri Kita

Hari Rabu tanggal 30 september telah terjadi lagi gempa bumi di Sumatera Barat yaitu Padang, Pariaman, dan sekitarnya dengan kekuatan getaran 7,6 skala richter. Sampai hari ini, korban yang meninggal sebanyak 500 lebih dan ribuan orang luka-luka berat maupun ringan. Belum lagi kerugian material yang tidak lagi bisa diperkirakan besarnya karena banyaknya bangunan yang rusak, baik itu rumah pribadi masyarakat maupun bangunan milik pemerintah dan infrastruktur yang rusak akibat gempa. Di media-media, koran dan televisi kita melihat keadaan di sana sangat-sangat memprihatinkan, jenazah-jenazah orang yang meninggal yang diangkat dan dikeluarkan dari reruntuhan bangunan-bangunan dan ada pula yang orang yang berhasil diselamatkan oleh TNI dan tim SAR tetapi menderita luka-luka. Banyak orang yang kehilangan anggota keluarga mereka. Hal yang sangat memiriskan hati. Kejadian tersebut mengenangkan kita pada bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu, yang mana kejadiannya lebih dasyat karena gempa disusul oleh tsunami yang merenggut nyawa lebih banyak sampai ribuan orang bahkan ratusan ribu orang yang meninggal dunia. Astagfirullah Al adzim, ampuni hamba ya Allah.

Di bulan yang lalu di daerah Jawa Barat terjadi juga gempa bumi yang berkekuatan 7,3 skala richter yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan belum lagi pemulihannya sekarang kembali lagi ada bencana. Belum lagi negeri kita ini selesai dari masalah muncul lagi bencana lain. Bencana, gempa bumi, tsunami, lumpur Lapindo, dan banjir itulah yang senantiasa melanda negeri kita yang tercinta ini dan yang menjadi tanda tanya, mengapa musibah tersebut terjadi beruntun dalam lima tahun terakhir di bangsa kita ini.

Upaya yang kita lakukan sekarang yaitu memberikan bantuan semampu kita, yang mempunyai materi silahkan membantu dengan materi, yang bisa menolong dengan bantuan tenaga juga sangat dibutuhkan, dan yang selain itu bantuan yang kita berikan dan ini seluruh masyarakat Indonesia pasti bisa melakukan yaitu mendoakan saudara-saudara kita di sana agar yang meninggal diampuni dosanya dan yang selamat dan sedih karena ditinggalkan sanak keluarga mereka didoakan agar dapat sabar dan tabah dan bisa mengambil hikmah dari kejadian ini yaitu semakin mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta kehidupan yaitu Allah Swt.

RENUNGAN BERSAMA

Musibah terjadi bukan hanya karena faktor alam semata, tetapi lebih dari itu, kita sebagai umat muslim harus mengembalikan kejadian apapun itu, (termasuk bencana gempa bumi dsb) bahwa hal tersebut adalah atas kehendak mutlak Allah Swt. Sesungguhnya setiap bencana yang diturunkan oleh Allah Swt bertujuan untuk menjadikan kita lebih baik dan menjadikan kita menyadari segala kesalahan sehingga kita bertaubat dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Melalui bencana juga Allah Swt memberikan kita pelajaran-pelajaran yang berharga baik itu korban bencana atau yang tidak terkena bencana, bahwasanya bagaimanapun kuatnya kita, banyaknya harta dan gedung-gedung, serta apapun pangkat kita, tidak ada artinya apa-apa di hadapan-Nya. Seseorang yang merasakannya dapat menyadari bahwa betapa kecil dan tak berharganya diri kita ini dibanding ke-Mahabesar-an Sang Pencipta karena hanya dalam hitungan menit, semua usaha kita, kebanggaan, dan kepongahan kita selama ini bisa musnah jika Allah menghendaki.

Menjadi pelajaran juga bagi kita seluruh bangsa Indonesia sehubungan dengan bencana yang menimpa negara kita dalam 5 tahun terakhir ini, bahwasanya marilah kita semua kembali kepada aturan-aturan yang ditetapkan Allah, karena selama ini kita lebih mendahulukan hawa nafsu keduniawian menjadi hukum dalam bernegara dan lebih mendahulukan hukum-hukum orang luar yang nyata-nyata tidak adil dan tidak dapat mengayomi keseluruhan umat manusia. Mari kembali kepada aturan dan jalan kebenaran yaitu hukum yang tidak membenarkan perbuatan maksiat seperti pergaulan bebas, sex bebas, korupsi, narkoba, dsb. Allah mengingatkan kita di dalam Al-Qur’an dengan firmannya:

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran” (Al-A’raf 3)

Selanjutnya peringatan Allah Swt tentang siksaannya di dunia ini terhadap kaum yang ingkar yaitu:

“Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, siksaan Kami datang (menimpa penduduknya pada malam hari atau pada saat mereka beristirahat pada siang hari.” (Al-A’raf 4)

“Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah Selain orang yang rugi.” (Al-A’raf 97-99)
“Dan orang-oran g yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui” (Al-A’raf 182)


Ingatlah bahwa siapapun kita, di daerah manapun tempat kita, berapapun harta dan setinggi apapun pangkat kita, semuanya pasti juga merasakan mati dan semuanya juga bisa berpeluang mendapatkan siksaan Allah yang berupa bencana alam seperti gempa bumi dll. Marilah kita tinggalkan kesombongan dan hawa nafsu kita selama ini, yang biasa berbisik: nikmatilah hidup ini sebaik-baiknya, raihlah apapun yang kamu mau dan bersenang-senanglah dengan apa saja karena kita hidup di dunia, kalau masalah akhirat dan agama nanti dibelakang urusannya…..(Naudzubillah). Padahal segala kejahatan kita pasti akan dibalas di dunia lebih-lebih di akhirat kelak dan akhirat adalah tempat yang kekal jadi, balasannya pun akan kekal.

Marilah kembali introspeksi diri kita atau bermuhasabah sehingga kita dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan, terutama misalnya kalau kita membenci dan menentang aturan-aturan atau syariat yang telah Allah tetapkan karena hal tersebut dapat memancing kemurkaan-Nya. Seperti jika peraturan anti pornografi dan pornoaksi akan diterbitkan namun kita berusaha menghalang-halanginya atau peraturan tentang pelarangan miras dan narkoba tetapi kita memprotesnya padahal peraturan tersebut sangatlah positif, hilangkanlah ego dan nafsu pribadi kita dan coba berfikir tentang kebaikan umat. Marilah kita Taubatan Nasuha secara Nasional.
Coba kita renungkan lagi ayat-ayat Allah dibawah ini:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raaf : 96)


Setiap Orang Pasti Pernah Melakukan Kesalahan, Akan Tetapi yang Baiknya Adalah yang Menyadari Kesalahan dan Berusaha untuk Tidak Mengulanginya Lagi

Wednesday, September 30, 2009

Dampak Lumpur Lapindo dalam Dua Versi

Pada hari Jum’at 25 September, saya menonton acara Kick Andi di Metro TV yang membahas tentang masalah Lumpur Lapindo. Di acara tersebut dihadirkan beberapa narasumber yaitu ada dari pihak korban lumpur lapindo, dan ada juga pemerhati sosial dan sosiolog. Berikut data dan keterangan yang sempat saya tulis dari penjelasan para korban lumpur lapindo dan pemerhati sosial atau sosiolog di acara tersebut:

• Ibu Tuini, seorang korban lumpur lapindo mengatakan bahwa keadaan perekonomian keluarganya sangatlah memprihatinkan di banding dulu sebelum adanya lumpur. Penghasilan kelurganya sekarang tidak menentu, ia sekarang biasanya hanya menjual lontong itupun tidak rutin jadi ia juga terkadang menganggur. Katanya dulu ia dan para korban lumpur lainnya pernah menerima uang sebanyak Rp. 800 ribu dari sesorang yang katanya dari pak SBY. Ditanya bagaimana ia menjalani lebaran tahun ini, Ibu Tuini mengatakan ia dan keluarganya berlebaran dengan menangis dan pada saat malam takbiran pun mereka sekeluarga menangisi penderitaan mereka.

• Hampir sama dengan Ibu Tuini, Pak Purwanto yang selama 3 juga tidak mempunya penghasilan yang tetap dan pasti, sekarang ia hanya mengontrak rumah atas sumbangan seseorang dan sampai sekarang ia belum menerima sepeser pun uang ganti rugi termasuk yang katanya uang ganti rugi sebanyak 20% yang telah dibagikan oleh pihak Lapindo Brantas.

• Begitu juga dengan Muh. Irsyad sangat kecewa terhadap tindakan pemerintah dan pihak lapindo brantas yang mana tidak ada langkah kongkrit untuk menanggulangi dampak lumpur jadi membuat kehidupan mereka tidak menentu, dulu ia mempunyai sawah yang menjadi lahan tempatnya bekerja, ia sangat menyesal dan mengharapkan seluruh pihak yang bersangkutan bertaubat jangan hanya banyak bicara dan lebih mementingkan bisnis bahkan pak Irsyad mengatakan pihak yang bersngkutan gila dan dia mengatakan kepada semua korban bahwa mereka sekarang dijajah oleh bangsa sendiri. “Mereka punya mata tetapi tidak bisa melihat, mereka juga punya telinga tetapi tidak dapat mendengar, taubatlah” lanjut pak Irsyad.

• Lain lagi dengan Ibu Harwati seorang janda berumur 34 tahun yang dulu sebelum terjadi lumpur Lapindo menjual-jual barang campuran dan sekarang ia bekerja sebagai tukang ojek, suaminya meninggal karena diduga stress memikirkan keadaan keluarganya yang terkena dampak lumpur Lapindo. Sampai sekarang ia baru menerima uang ganti rugi dari pihak Lapindo Brantas sebanyak 20 % atau sekitar 30 jt dan masih terus menunggu uang ganti rugi sepenuhnya dari pihak yang bersangkutan.

• Ada juga seseorang yang sebelumnya ia bekerja sebagai tukang becak, sekarang ia bekerja tidak menentu terkadang menjadi kuli bangunan atau buruh tani. Menurutnya pekerjaannya dahulu lebih baik karena selain bisa lebih dekat dekat dengan keluarganya, dia pun mempunyai pendapatan tetap, tidak sama dengan sekarang yang mana penghasilannya tidak tetap.

• Farid hingga kini belum menerima sepeser pun dari uang ganti rugi dari pemerintah, dahulu ia membuka usaha penerbitan di rumahnya yang kalau ditaksir harga rumah sekaligus tempat usahanya tersebut sekitar 350 juta. Setahunya memang katanya pihak yang bersangkutan telah membayar ganti rugi sebanyak 20 persen, namun sekarang ia juga belum benerima sepeser pun dana tersebut. Ia pun telah berusaha menghubungi pihak pemerintah dan pihak lapindo brantas namun sampai kini belum ada tindak lanjut dari pihak tersebut. Katanya, mengatasi masalah lumpur lapindo harus “Lebih Cepat Lebih Baik, Jangan melanjutkan Penderitaan Korban Lumpur Lapindo.”

• Menurut kepala desa tempatnya tinggal, dulunya mereka percaya kepada janji2 presiden tetapi sekarang sudah berjalan 3 tahun belum terlaksana.

Sosiolog yang hadir di acara tersebut mengatakan ini adalah suatu kejahatan jadi selain harus melakukan ganti rugi juga harus diselesaikan dengan hukum. Lanjutnya, ia heran kenapa Abu Rizal Bakri mengatakan bersedia memberikan dana sebesar Rp. 1 trilyun kepada golkar jika ia terpilih, padahal hutangnya pada para korban lumpur lapindo belum dibayar. “Bukan hanya Aburizal Bakri yang bertanggungjawab tetapi pemerintahan SBY harus bertanggungjawab” katanya. “Kenapa kalau masalah publik ia lambat mengatasi, tetapi kalau masalah yang mengancam keselamatan dirinya langsung diatasi contohnya masalah terorisme.” “Anak-anak kehilangan keceriaan karena mereka tidak lagi mempunyai tempat menetap yang tetap dan mereka tidak bisa bersekolah dengan baik” lanjutnya.

Pada hari yang sama saya menonton di TV One yang juga membahas tentang lumpur lapindo, dan sangatlah berbeda drastis dengan keadaan korban lumpur Lapindo yang diberitakan oleh stasiun televisi metro TV, menurut para korban yang diwawancarai di TV One mereka sangat bersyukur terhadap langkah-langkah pemerintah dan pihak Lapindo Brantas yang mana telah melakukan langkah-langkah penanggulangan korban lumpur lapindo dengan baik contohnya karena mereka telah diberikan haknya oleh pihak yang bersangkutan dengan pembayaran ganti rugi dari pihak lapindo dalam hal ini dari Abu Rizal Bakri, yang katanya sudah mengeluarkan dana sebanyak sekitar Rp. 6 trilyun untuk membayar ganti rugi kepada para korban lumpur. Ada juga yang saya lihat warga yang diwawancarai oleh pihak TV One yang sekaligus memperlihatkan tempat tinggalnya yang tergolong sangat layak, dengan rumah tinggal di perumahan yang terlihat elit dan luas. Katanya dia sangat bersyukur terhadap langkah-langkah yang diambil oleh pihak lapindo dan pemerintah. Dahulu katanya ia hanya mempunyai rumah yang sederhana dan sebuah motor sekarang setelah terjadi lumpur lapindo ia telah tinggal di rumah yang bagus serta mempunyai mobil. Para keluarganya pun heran dan seakan-akan tidak percaya kenapa kehidupan perekonomiannya sekarang lebih baik dari dulu sebelum terjadinya lumpur lapindo.

Saya menjadi heran kenapa orang dan para korban yang dijadikan narasumber di TV One mengatakan yang positif dan rasa syukur terhadap pihak Lapindo Brantas serta pemerintah, tetapi media lain mengatakan sebaliknya yakni para korban merasa menderita dan kecewa terhadap pihak yang bersangkutan. Fakta memang mengatakan bahwa tidak mungkinlah para korban bersyukur karena telah diubah kehidupannya oleh pihak yang bersangkutan, menjadi lebih sejahtera dan bahagia dibanding sebelum terjadinya lumpur dan juga kalau difikir secara logika, karena melihat kenyataan di sana yang mana lumpur semakin meluas dan sudah menenggelamkan rumah-rumah para warga sekitarnya, para korban yang sudah kehilangan bukan hanya materi semata tetapi sudah kehilangan sendi-sendi kehidupan mereka, sudah kehilangan mimpi-mimpi mereka, anak-anak mereka sudah kehilangan tempat mereka bermain dan bersekolah sehingga memupus harapan mereka untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik, dan ini jelas tidak bisa digantikan dengan apapun bahkan dengan materi sekalipun (itupun mustahil untuk dipenuhi) mengatakan bahwa mereka secara keseluruhan bersyukur terhadap apa yang mereka alami sekarang berkaitan dengan bencana lumpur lapindo yang melanda mereka dan sampai sekarang ini belum dapat teratasi semburannya.

Hal tersebut menjadi dasar bahwa sekarang ini media sudah terkikis semangat independennya, yang mana media sebagai sarana untuk memberikan informasi dari pemerintah kepada rakyatnya, informasi antara sesama warga Negara, dan informasi aspirasi dari rakyat kepada pemerintah yang di dalam pelaksanaannya harus independen dan lebih mengarah kepada kebenaran fakta, bukannya kebenaran yang diada-adakan untuk tujuan tertentu, pribadi, golongan,…...….(?) Pemberitaan yang tidak betul secara keseluruhan akan menjadikan masyarakat yang menjadi subyek tidak akan menerima hak-haknya dengan baik dan adil karena tidak ada lagi sarana informasi faktual yang menginformasikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Oleh karena informasi yang benar meskipun pahit menjadi rujukan masyarakat memberikan kritik dan masukan yang membangun.
Tidaklah etis dan masuk akal jika segala yang dilakukan pemerintah tanpa memandang baik dan buruknya selalu didukung oleh pemberitaan positif oleh media. Jika kita hanya diam saja melihat keadaan seperti ini, bisa-bisa tidak akan ada lagi kebenaran yang sesuai dengan fakta Nampak, semua yang diperlihatkan hanya segelintir kenyataan dan menyembunyikan banyak kenyataan. Sudah saatnya mata dan telinga kita dibuka lebar-lebar dan kita memberikan kritikan terhadap kesalahan siapapun itu apalagi ini bukan masalah individu tetapi masalah orang banyak yaitu masyarakat Indonesia.,.

Juga menjadi dosa yang semakin bertumpuk jika kebenaran hakiki disembunyikan dan lebih menonjolkan kebenaran parsial atau kebenaran yang tidak mewakili sampel secara keseluruhan. Saatnya media berani mengiformasikan kebenaran meskipun pahit, dan berani memberikan kritikan yang membangun kepada pemerintah untuk kebaikan negeri kita yang tercinta ini.

ESENSI TAUHID


Media Ash-Shaffat
Edisi X 2009
ESENSI TAUHID

Memahami sisi penyimpangan manusia dari segi Aqidah

Oleh: H. Hading Wase, Lc, MA

“Dan atas Allah (hak) menerangkan jalan yang lurus, dan di antaranya ada jalan yang menyimpang. Dan jika Dia menghendaki tentu Dia (Allah) memberi petunjuk kepada kalian semua (ke jalan yang benar).” (Q.S. An-Nahl: 9)


Islam adalah agama yang memiliki konsep Ketuhanan yang paling benar, di mana tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Karena itu, Tauhid adalah meng -Esa- kan Tuhan, sebagai bentuk kesaksian bahwa Allah “Ahad” Yang Maha Tunggal menghidupkan manusia agar mereka hanya mengabdi kepada-Nya. Allah Yang Maha Memberi, satu-satunya tempat meminta pertolongan. Karena itu, meyakini ada kekuatan lain di samping kekuatan Allah tergolong kemusyrikan. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia (Allah), dan Dia mengampuni dosa selain syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (Q.S. An-Nisa: 116)

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah, membutuhkan bantuan pertolongan Allah dalam kehidupan ini. Tetapi di antaranya, ada orang-orang yang menempuh kesesatan meminta melalui perantara, misalnya; mendatangi paranormal (tukang ramal atau dukun santet), meminta berkah dan rezeki pada kuburan keramat, pohon angker atau percaya pada kekuatan batu mustika, membakar dupa di tempat tertentu, atau memasang jimat untuk kekuatan dan perlindungan, serta semacamnya.

Semua itu, apabila diyakini memang dapat membantu sekalipun melunturkan keyakinan kepada Allah Zat Yang Maha Menghidupkan manusia. Biasanya hal itu lebih cepat menolong keinginan-keinginan dan kepuasan seseorang; seperti mencelakakan orang lain dengan teluh atau santet, meminta limpahan rezeki, ketemu jodoh, panjang umur, terpelihara dan mendapatkan keselamatan hidup di dunia. Padahal, yang ditempati meminta itu bukanlah Yang Maha Menghidupkan. Adapun setiap makhluk hidup semuanya pasti akan mati dan sembahan berupa benda-benda mati suatu saat hancur, jadi tidak semestinya orang berharap sepenuhnya kepada makhluk diyakini akan memberi sarana kehidupan kekal dengan segala bentuk kebutuhan manusia. Justru sebenarnya yang ditempati meminta itu tidak dapat menolong dirinya sendiri dari teguran (turunnya azab) Allah di dunia dan lebih-lebih hukuman dari (balasan azab) Allah di akhirat kelak. Allah SWT memberikan tekanan dan teguran dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah: ‘Siapakah Tuhan (Yang menciptakan) langit dan bumi?’. (mereka pasti) menjawab: ‘Allah’. Katakanlah: ‘Lalu mengapa kalian mengambil pelindung-pelindung selain Allah, yang tidak bisa menolong (memberi manfaat dan mudharat) bagi diri mereka sendiri?’. Katakanlah ‘adakah sama orang buta dan orang yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah (syirik) yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?’. Katakanlah: ‘Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Ar-Ra’d: 16)

Untuk itu, orang-orang yang mengambil pelindung atau perantara kepada makhluk, atau kepada benda-benda mati dalam pandangan Allah sama dengan orang yang buta atau seakan berada dalam kegelapan karena tidak memahami hakikat Sang Maha Pencipta Yang Maha Hidup, Maha Memberi, Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Maha Memaksa (Maha Perkasa).

Mereka dianggap buta karena tidak mendapatkan petunjuk atau hidayah, sehingga tersesat sejauh-jauhnya. Justru mereka diterangkan dalam Al-Qur’an semakin tetap bertahan memahami kesesatannya itu sebagai sesuatu yang benar, meskipun diberi peringatan. Allah SWT menjelaskan sanggahan orang-orang musyrik dengan Firman-Nya:

“Dan orang-orang musyrik berkata: ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia (Allah) baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya’. Demikianlah yang diperbuat oleh orang sebelum mereka. Bukankah kewajiban para Rasul hanya menyampaikan (amanah Allah) dengan jelas.” (Q.S. An-Nahl: 35)

Begitulah pentingnya memelihara Tauhid, dengan meng–Esa-kan Allah. Menyakini kekuasaan-Nya yang meliputi segala sesuatu. Termasuk memberikan keselamatan kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh, serta memberikan teguran kepada mereka yang telah menyimpang dari jalan yang benar. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang (leluhur) mereka dalam keadaan sesat. Lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (leluhur) mereka.” (Q.S. Ash-Shaffat: 69-70)

Terjadinya banyak musibah dan bencana saat ini seperti; tsunami di Aceh dan di Pangandaran, begitu pula terjadinya gempa bumi di beberapa tempat dan wilayah, adanya banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan pemukiman, dan begitu pula bencana lumpur gas Lapindo Sidoarjo di Jawa Timur. Tentu tak bisa dilepaskan dengan prilaku manusia yang tinggal di tempat itu.

Bayangkan keingkaran mereka yang semakin jauh dari petunjuk Allah SWT bahkan sebagian besar di antaranya, tidak lagi mengindahkan sujud (shalat) serta terbuai dengan prilaku pemujaan kepada nafsu syahwat dan angkara murka. Tidak kurang pula mereka mengemas secara terselubung tradisi persembahan sesajian yang diperuntukkan kepada arwah (roh orang mati) atau kepada selain Allah (yakni buat persembahan kepada jin/syetan); seperti menyerahkan sesajian sebelum turun melaut utamanya bagi para nelayan yang diperuntukkan kepada Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan di wilayah pesisir Pangandaran Jawa Barat dan sepanjang wilayah laut selatan.
Pemujaan pesugihan di sekitar gunung-gunung angker seperti di kaki bukit gunung Kawi, Jawa Timur. Demi mendapatkan kekayaan, sebagian rela menjadi babi ngepet, atau meminta berkah kepada kuburan orang-orang shaleh (wali), menjadikan klenik atau ilmu santet sebagai penyelesaian masalah serta berbagai penyimpangan lainnya di tempat-tempat rawan bencana. Prilaku seperti itu, bisa saja mempercepat turunnya bala’ dan bencana yang bertubi-tubi. Allah SWT berfirman:

“Kemudian apabila Dia (Allah) telah menghilangkan bencana dari kalian, malah sebagian kalian mempersekutukan kembali Tuhan dengan yang lain (musyrik).” (QS. An-Nahl: 54)

Betapa pun masalahnya bencana yang telah menimpa berbagai wilayah belakangan ini, bisa merupakan ujian atau teguran Allah, itu akan menimpa dan mebinasakan suatu tempat, ketika kemusyrikan sudah merajalela dilakukan mayoritas penduduk suatu tempat atau bangsa. Kesempatan masih terbuka buat kita semua, untuk segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Allah memberikan jaminan perlindungan azab kepada kaum yang beriman dan beramal shaleh, selama mereka tetap berbuat kebaikan sebagaimana ditekankan dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya:

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan suatu negeri secara zalim, sedangkan penduduknya (termasuk) orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 117)

“Sesungguhnya rahmat Allah itu, sangat dekat kepada orang-orang yang melakukan kebaikan.” (QS. Al-A’raf: 56)

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan dalil-dalil Al-Qur’an yang telah diuraikan di atas, selayaknya kita membersihkan aqidah dari penyimpangan (syirik) menuju kepada aqidah yang benar (tauhid), sehingga penyembahan kita kepada Allah tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah menangguhkan muka-Nya, melapangkan hidayah-Nya, untuk memelihara ibadah dengan berbagai amal kebaikan, sehingga rahmat Allah akan senantiasa tercurah, Insya Allah. Barangkali upaya inilah merupakan jalan terbaik bagi kita semua untuk dapat selamat dari berbagai macam musibah dan bencana, serta teguran Allah lainnya.

Wallahu a’lam bish shawab.

Wednesday, September 16, 2009

Munajat Ramadhan dan Lailatul Qadar


Ya Allah, Tuhanku yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Berikanlah kami kebaikan pada Malam Lailatul Qadar
Lipatgandakanlah fadhilah atas amalan-amalan kami
Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami dari dosa yang terbesar sampai dosa yang terkecil
Berikan kami hidayah di bulan dan malam yang penuh kemuliaan ini
Jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang selamat dunia dan akhirat

Ya Allah, Tuhanku yang Maha Agung
Anugerahkan kepada kami hati yang bersih melalui ke-Maha Sucian-Mu
Masukkanlah ke dalam otak kami ilmu dan fikiran positif dengan ke-Maha Pengetahuan-Mu
Lapangkanlah hati kami yang terkadang sesak, dengan ke-Maha Melapangkan -Mu
Hiburlah jiwa kami yang sering gelisah dengan ke-Maha Agungan –Mu
Tutuplah hijab-hijab yang menghalangi kami dalam mengenal ke-Maha Besaran-Mu


Ya Allah, Tuhanku yang Maha Pemberi
Karuniakan kepada kami pendamping hidup yang dapat menjadikan kami semakin dekat kepada-Mu
Cukupkanlah kami dengan rezeki yang halal dengan tanpa ketergantungan kepada orang lain dengan ke-Maha Pemberian-Mu
Anugerahkan kepada kami hati yang lembut sehingga kami dapat menerima kebenaran dan kami bisa senantiasa introspeksi diri
Jika kami memiliki banyak kekurangan tolong berikanlah jalan yang luas dan terang agar kami dapat memperbaikinya
Jangan biarkan kami berbuat Dzalim baik terhadap diri kami maupun terhadap orang lain
Jika kami susah mengubah diri kami menjadi lebih baik maka tolong ubahlah kami dengan ke-Maha Besaran-Mu

Ya Allah, Tuhanku yang Maha Menguasai Segala Kehidupan
Takdirkan kami dan keluarga kami menjadi orang yang berbuat kebaikan
Takdirkan kami agar tetap istiqamah dalam kebenaran
Takdirkan kami agar tidak menjadi beban bagi orang lain
Takdirkan kami sebagai orang yang penuh manfaat terhadap orang lain
Takdirkan kami sebagai penghuni surga-Mu kelak


Ya Allah, duhai Tuhanku yang Maha Mengabulkan
Kami mohon dengan sangat……..
Kabulkanlan segala doa kami melalui hidayah dan fadhilah Bulan Ramadhan dan malam Lailatul Qadar

KAMI AKUI BAHWA KAMI TELAH BANYAK BERLUMUR DOSA, OLEH KARENA ITU TERIMALAH TAUBAT KAMI YA ALLAH……….


Makassar, 26 Ramadhan 1430 H (menjelang malam ke-27 Ramadhan)

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QADAR

== LaIlAtUl QaDaR ==
marga satwa tak berbunyi
F A
gunung menahan nafasnya
Dm E
anginpun berhenti
Gm
pohon-pohon tunduk
Bb
dalam gelap malam
Gm
pada bulan suci
A Dm
Quran turun ke bumi

**
A Bb E A
Quran turun ke bumi 2X

Reff
Dm A Dm A
inilah malam seribu bulan
Gm A
ketika cahaya sorga menyinari bumi 2X

inilah malam seribu bulan
ketika tuhan menyeka air mata kita
ketika tuhan menyeka dosa-dosa kita
*****
(BIMBO)

Seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tarmidzi, Rasulullah saw bersabda, “Pada saat terjadinya lailatul qadar itu, malam terasa sangat jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas dan tidak juga dingin. Dan pada pagi hari matahari terbit dengan jernih terang-benderang tanpa tertutup sesuatu awan.”
Keutamaan Lailatul Qadar

• Ibadah seperti shalat, tilawah Qur’an dan dzikir serta amal sosial (shadaqah, zakat, infaq) yang dilakukan itu lebih utama daripada ibadah seribu bulan (Anas bin Malik ra)
• Riwayat Anas bin Malik ra. Rasulullah saw bersabda, “Lailatul Qadar untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya”.
• Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari hamba-Nya yang bertaubat.
• “Barang siapa melakukan (qiyam, shalat malam) pada Lailatul Qadar, atas dasar iman dan semata-mata mencari ridha Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqy).
• Tidak ada malam yang lebih utama dari Lailatul Qadar. Ibnu Abi Syaibah menyampaikan ungkapan Hasan Al Bashri, “Saya tidak pernah tahu adanya hari atau malam yang lebih utama dari malam yang lainnya, kecuali Lailatul Qadar, karena Lailatul Qadar lebih utama dari (amalan) seribu bulan“.
Firman Allah Al-Qadr (1-5) :
Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril denagn izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Sesuai dengan dalil-dalil di atas mengenai malam Lailatul Qadar, kita dapat mengambil hikmah bahwa malam Lailatul Qadr fadhilahnya sebagai berikut:

1. Malam Lailatul Qadar itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, jika dijadikan tahun maka seribu bulan sama dengan sekitar 83 tahun 3 bulan. 83 tahun 3 bulan bagi umat nabi Muhammad seperti kita adalah usia yang panjang. Jadi, malam Lailatu Qadar itu adalah malam yang keutamaannya lebih baik dari sekitar 83 tahun umur manusia. Nah, kalau dikatakan bahwa jika kita beribadah di malam tersebut dengan khusuk untuk memohon ridha Allah pahalanya atau fadilahnya akan sama dengan beribadah seumur hidup manusia dengan usia yang panjang, bisa dibayangkan betapa banyaknya amal pahala yang kita peroleh jika kita menjalankan ibadah dengan serius di malam tersebut dan diterima oleh Allah. Akan tercatat dalam catatan amal malaikat bahwa kita telah beribadah selama lebih dari seumur hidup kita dan bayangkan jika malam Lailatul Qadar kita dapatkan sebanyak puluhan kali, maka catatan amalan kebaikan kita nilainya tercatat sebanyak sekitar 83 x 10 atau sekitar 843 tahun ibadah kita.

2. Adapun bagi siapa yang berdoa dengan sungguh-sungguh pada Malam Lailatul Qadar, maka Allah akan mengabulkan setiap doanya dan bisa jadi doanya dilipatgandakan ribuan kali lipat kebaikan atas pengabulan doa tersebut sesuai dengan fadilah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Karena malaikat-malaikat turun ke bumi untuk mencatat amalan2 hamba-hamba-Nya dan memberikan pahala dan keutamaan atas amalan yang dilakukan oleh orang yang berdoa tersebut.

3. Selain mengabulkan setiap doa hamba-Nya, Allah juga akan menerima seluruh amalan kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beramal pada malam tersebut dan akan dilipatgandakan, contohnya amalan shalat, sedekah, dzikir, taubat, menolong orang, tadarus dan tadabbur Al-Qur’an, dsb.

4. Inilah hikmah keutamaan yang Allah berikan kepada Nabi Muhmammad dan seluruh umatnya, yang mana meskipun rata-rata umur umat Nabi Muhammad hanya berkisar antara 60 sampai dengan 80 tahun sangat singkat jika dibandingkan dengan umur umat Nabi-Nabi terdahulu yang hidup selama ratusan sampai ribuan tahun, namun kita bisa mendapatkan pahala atas amalan-amalannya sama dengan kalau hidup selama ratusan tahun bahkan bisa sampai pahalanya dilipatgandakan sama dengan kalau hidup dan beramal sampai ribuan tahun. Hal tersebut juga mengandung hikmah bahwa jika umur umat nabi Muhammad lebih singkat dari umur umat yang terdahulu berarti kesempatan untuk berbuat dosa dan kesalahan lebih sedikit, kemudian meskipun kesempatan berbuat kebaikan juga lebih sedikit dibanding dengan umat terdahulu, namun pahala atas amalan-amalan kita pahalanya bisa sama dengan pahala orang yang hidup ratusan hingga ribuan tahun.

SUBHAANALLAH, WALHAMDULILLAH, WALAA ILAA HAILLALLAH, WALLAHU AKBAR.
WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL ADZIM


Ya Allah duhai Tuhanku yang Maha Agung berikanlan kepada kami kebaikan melalui fadhilah Malam Lailatu Qadar.

Sunday, September 6, 2009

Musibah, Gempa Bumi: Ujian, Teguran Atau Azab?

Pada hari Rabu tanggal 2 September yang juga bertepatan pada hari ke 12 bulan Ramadhan 1430 H, telah terjadi gempa bumi yang mengguncang daerah Jawa Barat, diantaranya Tasikamalaya, Cianjur, dsb, dengan kekuatan 7,3 Skala Richter. Menurut data Pusat Penanggulangan Krisis Depkes kemarin yaitu korban wafat 53, hilang 37, luka berat 125, luka ringan 503, dan pengungsi sebanyak 5.368 orang. (Persda Network/dic/yon/kompas.com/Harian Fajar). Dan Data yang terbaru dari TV One, menurut data SATKORLAK PB yaitu sebanyak 70 orang meninggal, 32 masih hilang, ratrusan yang luka-luka. Jumlah bangunan yang rusak sekitar 148.000.
Kita sebagai umat muslim harus memandang kejadian ini dalam perspektif islam, adapun menurut para ulama ada tiga pandangan islam dalam suatu bencana, yaitu:

1. Ujian dari Allah SWT. Yaitu Allah menurunkan musibah atau bencana kepada makhluk-Nya yang beriman kepada-Nya sebagai ujian terhadap keimanan seseorang, apakah ia akan tetap istiqamah terhadap keimanannya. Karena di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa “Apakah engkau mengaku bahwa dirimu beriman, sebelum diturunkan kepadamu suatu cobaan.”

2. Teguran dari Allah SWT. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap para makhluk-Nya, Dia tidak akan tega melihat hamba-Nya yang masih mempunyai iman walaupun sedikit untuk larut dalam perbuataan dosa dan pelanggaran terhadap segala peraturan Allah SWT, makanya Allah SWT menegurnya dengan bencana supaya hambanya yang selamat bisa berbenah diri dan menyadari kesalahannnya kemudian bertaubat dan kembali ke jalan Allah.

3. Azab dari Allah SWT. Azab diturunkan Allah SWT kepada kaum yang nyata membangkang dan betul-betul tidak mau menerima Ajaran Allah dan para Nabinya. Dalam hal ini Allah betul-betul Maha Kuasa untuk menghancurkan suatu negeri tanpa sisa, seperti yang diceritakan dalam Al-Qur’an yaitu kisah-kisah kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, Penduduk Madyan atau kaum Nabi Syuaib. Yang diturunkan banjir dasyat, gempa dasyat, petir, dan hujan batu api. Mereka semua dibinasakan (kecuali sedikit orang yang mengikuti petunjuk Rasul Allah).

Kita dapat memetik hikmah dari bencana-bencana yang melanda negeri kita dalam dekade terakhir ini mulai dari Tsunami di Aceh, gempa dan tsunami Jogya, jebolnya Situ Gintung, dan banyak lagi bencana yang lain yang melanda negeri kita ini, sampai bencana gempa yang melanda Jawa Barat. Dan pertanyaannya adalah apakah bencana tersebut diturunkan sebagai ujian, teguran, atau azab. Kalau ujian hanya diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang saleh yang selalu berusaha menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan ini biasanya bersifat musibah pribadi. Seperti Nabi-Nabi kita yang diuji Allah melalui sakit, kemiskinan atau seperti orang-orang yang Saleh lainnya. Dan itu saya rasa sangat jauh dari musibah yang terjadi pada kita akhir-akhir ini, karena kita melihat sendiri fenomena masyarakat yang katanya beriman namun tetap melakukan maksiat seperti sex bebas, Zina, pelacuran, perjudian,narkoba, miras, kejahatan pencurian, perampokan, koruptor, perbuatan syirik dan lain sebagainya yang semuanya perbuatan melanggar ketentuan Allah. Kita bisa lihat sendiri di siaran kriminal di televisi itukah tanda-tanda orang beriman yang diuji?

Kalau azab diturunkan sebagai murka Allah kepada hamba-Nya yang betul-betul mengingkari-Nya, seperti jaman nabi-nabi kita yang nyata-nyata umatnya tidak mau beriman kepada Allah bahkan mengolok-olok, mengejek, menzalimi para nabi, keadaan kita sekarang di tengah maraknya kejahatan di antara kita juga masih ada orang-orang yang saleh yang menjalankan agama dengan baik. Kebanyakan kita sekarang beriman setengah-tengah. Ada yang yang menjalankan perintah Allah setengah-setengah dan melakukan juga larangan Allah, ada juga yang katanya beriman dan beragam islam tetapi membenci peraturan Allah jadi bercampur antara yang haq dan yang batil. Oleh karenanya, Allah tidak menurunkan azab secara penuh tetapi menegur kita dengan bencana.

Saya lebih mengarah bahwa bencana yang terjadi pada kita pada dekade ini adalah merupakan teguran dari Allah, untuk menyadarkan kita semua supaya beranjak dari perbuatan dosa menuju ke jalan kebenaran. Oleh karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak rela melihat kita tergelincir dan larut dalam kesalahan, jadi Allah memberikan teguran agar kita kembali ke jalan-Nya.

Adapun misalnya jika kita mengatakan bencana tersebut hanya sebagai ujian dari Allah semata dan hanya sebagai penghibur korban, maka tidak akan ada usaha untuk memperbaiki diri, tidak akan ada introspeksi diri, dan kita (secara umum) merasa baik-baik saja dan tidak melakukan perbaikan atau taubat meskipun telah melakukan banyak penyimpangan dari aturan agama.

Namun semuanya tidak ada yang bersifat mutlak karena bisa jadi ada korban yang saleh yang memang diberikan ujian dari Allah supaya bertambah keimannya, bisa juga memang ada korban yang diberikan azab atas kejahatannya, dan yang paling mendekati kebenaran di sini yaitu Allah menegur hamba-Nya yang salah dengan musibah supaya kita kembali ke jalan yang benar.

““””Analoginya seperti ini, jika dalam suatu keluarga atau sekolah ada anak-anak yang membandel, nakal, sering membolos, sering mengganggu temannya, suka tawuran, dan tidak menjalankan aturan orang tua atau aturan sekolah, maka pasti jalan yang terbaik untuk kebaikan anak tersebut dengan diberikan hukuman atas kesalahannya, jika dibiarkan tanpa ada hukuman maka kenakalannya akan terus bertambah oleh karena dia merasa tidak apa-apa kalau nakal toh tidak ada juga hukumannya. Begitulah Allah SWT mengajarkan kita melalui melalui fenomena-fenomena yang terjadi”””””

Oleh karena itu, mari kita semua bermuhasabah dan instrospeksi diri terhadap kesalahan-kesalahan kita selama ini, mari taubat dan meninggalkan maksiat serta kita belajar menjalankan peraturan Allah semampu kita, janganlah kita malah membenci orang yang “ber amar ma’ruf nahi mungkar” dan kita jangan lebih suka saling memfitnah. Amat tidak etis jika kita mengatakan bahwa bencana ini adalah karena gejala alam semata tidak ada hubungannya dengan agama, seperti yang kita menganggap bahwa segala aturan-aturan bermasyarakat dan bernegara itu di atur oleh Negara tidak ada sangkut pautnya dengan agama, padahal agama itu diturunkan Allah sebagai petunjuk dalam mengarungi kehidupan ini.

Jika penduduk negeri ini tak berhenti dari perbuatan maksiat dan perilaku syirik, maka itu akan bisa memenuji syarat untuk manusia menerima bencana demi bencana dari Allah. Coba kita renungkan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yaitu:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raaf : 96)

SELURUH MANUSIA MEMPUNYAI KESALAHAN, TETAPI SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG SELALU MENYADARI KESALAHANNYA DAN BERUSAHA MEMPERBAIKINYA.

By. Murshal

Wednesday, August 26, 2009

Hidupkan Ramadhanmu, Ramadhankan Hidupmu


Bulan yang mulia kembali mendatangi kita, kita pun Alhamdulillah diberikan nikmat oleh Allah untuk kembali kepada serangkaian aktivitas tarbiyah terbesar dalam bulan ini. Menjelang datangnya bulan yang penuh barokah, ampunan, serta rahmat Allah ini, marilah kita persiapkan yang terbaik dari diri kita untuk menjadi orang yang paling dekat dengan Allah ‘Azza Wa Jalla….

Saudaraku, untuk menyambut Ramadhan ini, ada beberapa amal yaumiyah yang sungguh akan banyak meningkatkan kesiapan kita dalam menghadapi bulan Ramadhan ini, antara lain :

1. Sholat wajib berjamaah 5 waktu

Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa sholat wajib inilah dengan kedisiplinan waktu kita untuk menyambutnya, adalah tarbiyah yang paling efektif sekaligus memperkuat pondasi agama kita. Dengan sholat wajib berjamaah , Allah akan ridho kepada kita, memberikan kekuatan lahir batin, ketenangan, kemudahan, dan yang paling penting, Ridho dan rahmat Allah-lah yang akan mengantarkan kita pada Kesuksesan yang hakiki (dunia dan akhirat).

2. Sholat Sunnah

Sungguh , sholat sunnah adalah tambahan besar bagi kita untuk melengkapi kekurangan kita pada sholat wajib kita, entah itu dari faktor kekhusyu’an atau sebagai pelengkap-pelengkap kekurangan kita yang lain. Dengan sholat Tahajjud, malam-malam yang kita miliki mempunyai makna besar untuk mendatangkan kekuatan / izzah pada keesokan harinya dengan Rahmat Allah. Waktu yang tepat untuk minta ampun kepada Allah atas segala noda dosa kita, curhat sama Allah, minta yang terbaik dari Allah, berkeluh kesah kepada Allah, intinya adalah kita ingin sedekat mungkin dengan Allah. Begitu pula sholat Dhuha, insya Allah akan menjadi pembuka Rizki dari Allah. Begitu pula dengan sholat Sunnah Rawatib, menjadi pelengkap dan investasi kita untuk akhirat nanti, nggak tanggung-tanggung, Allah bangunkan Rumah di surga bagi siapa-siapa yang mengerjakan Sholat sunnah (Rawatib) sebanyak 12 rakaat pada satu hari. …

3. Tilawah Al-Qur’an

Hidup sehari tanpa Al-Qur’an kan menjadi kan hidup kita hampa dan hambar, itulah Al-Qur’an, sebagai obat, petunjuk, rahmat, saksi yang bisa memberikan syafaat dengan izin Allah di yaumil hisab nanti, so… kalo misalnya kita bisa , coba deh 1 hari 1 juz, tiap ba’da sholat 2 hizb (itu yang ada tandanya di Al-Qur’an), insya Allah di akhir Ramadhan kita, pada waktu-waktu yang sangat berharga , kita bisa mengkhatamkan Al-Qur’an, inget Lho..salah satu doa yang paling diijabahi adalah doa ketika setelah mengkhatamkan Al-Qur’an, apalagi ini bulan Ramadhan, dimana kebaikan dibalas berlipat ganda….so tunggu apa lagi….

4. Sedekah

Bulan Ramadhan adalah bulan berbagi…so, kalo pembaca takut kaya, maka bersedekahlah, maka insya Allah akan makin kaya. Kaya di mata Allah jauh lebih sip dibanding kaya di hadapan manusia. Walaupun cuman 500 perak, tapi kalo tiap hari, kita brusaha beristiqomah, insya Allah, investasi dan panen BESAR siap menanti kita. Inga..inga… Allah itu suka hamba-Nya yang beramal walaupun sederhana tapi kontinyu (baca: istiqomah)…coba deh…

5. Membaca buku agama

Iqro’ ..bacalah…mumpung di bulan Ramadhan, kesempatan untuk kita mengupgrade Iman dan islam kita dihadapan Allah. So, Romadhon kan menjadi madrasah kehidupan kita untuk menjadi manusia pembelajar sejati, yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. Lulus Ramadhan , insya Allah , asal kita amalkan ilmu yang udah kita baca, kita dengar, kita amalkan, akan menjadi TRIGGER terbesar untuk menata kembali hidup kita kearah yang lebih baik.

6. Al-Ma’tsuraat

Al-Ma’tsuraat berisi doa dan dzikir2 yang kalo kita pahami makna di dalamnya, maka terdapat kandungan makna Syukur, sabar, tawadhu’, dan dekat kepada Allah dengan sedemikian dekatnya. Dengan ingat Allah, Allah ingat kita (AL-Baqoroh:152), kalo Allah udah ingat (cinta kepada) kita karena kita berusaha untuk selalu mengingat Allah, maka ketenanganakan datang, kegelisahan kan pudar, hidup kan nyaman, manfaat, urusan lancar, kuliah dimudahkan, kerja lancar, harta barakah, dilindungi dari kejahatan makhluknya , dan karuna ALlah yang lainnya yang tidak bisa kita hitung , walaupun dengan komputer secanggih apapun.

7. I’tikaf

I’tikaf sebagai saran kita untuk merenung, muhasabah, evaluasi diri, serta pendekatan kepada ALLAH, apalagi pada 10 hari terakhir, sebuah pekan dengan keutamaan yang besar…ampunan ALlah, RAhmat Allah, pembebasan dari api neraka. SO…persiapkan diri kita untuk menyambut Ramadhan ini dengan segala daya dan kekuatan untuk KEMBALI KEPADA ALLAH….

dan masih banyak lagi amalan-amalan lain….yang bisa kita amalkan, dan kita ajarkan

Intinya, HIDUPKAN RAMADHANMU, RAMADHANKAN HIDUPMU , kanjadikanhidupmu sebagai hidup terindah yangpernah kau miliki.

Semoga bermanfaat
Keputih, 10 September 2007

by Muhammad Yasrif

Tuesday, August 25, 2009

Menggabungkan 2 kekuatan PUASA


Jika hari ini kita memiliki akhlak itu dalam peperangan melawan Israel, maka kita akan mampu mengalahkan mereka sekejap mata


Ibadah puasa yang diwajibkan Allah atas kaum muslimin, hakikatnya adalah penggabungan dua kekuatan tersebut. Puasa, dari tinjauan medis dapat menolak penyakit dan membunuh kuman. Dan dari tinjauan spiritual dan utama, adalah puasa memberi tiga kekuatan sekaligus. Tiga kekuatan yang menjadi modal seseorang mampu mengungguli berbagai situasi dalam hidup.

Pertama: Sabar

Di bulan Ramadhan, umat Islam merasakan lapar dan dahaga. Ia meninggalkan semua kenikmatan yang biasa ia lakukan di siang hari. Bukan lantaran takut dipenjara, disiksa atau didenda. Sabar terhadap semua kesenangan hati dan jiwa seperti ini, jauh lebih bermanfaat daripada sabar karena takut miskin, dihukum dan disiksa.

Tentara yang tidak belajar berpuasa pada hari-hari damai, mustahil sanggup bertahan ketika ia diblokade musuh-musuhnya dan kontak dengan komandannya terputus. Ini tidak berlaku bagi tentara Islam yang bisa bersabar menahan lapar dan haus selama sebulan. Lebih dari itu, ia bisa bersabar dari rokok, teh, dan kopi.

Aku saksikan dengan mata kepalaku, saat kami ditahan dalam perang kedua, bagaimana orang-orang yang tidak kenal apa itu puasa dan tidak terbiasa dengannya jauh tersungkur ke tanah saat tidak diberikan makanan berhari-hari. Sebaliknya orang-orang yang terbiasa puasa, mereka sanggup bersabar menahan lapar.

Bagi mereka, kelaparan adalah hal yang biasa dalam hidupnya. Mereka sanggup bersabar menahan lapar hingga membuat orang salut kepadanya.
Sabar terhadap musibah adalah kekuatan ruhani dan senjata paling canggih yang harus dimiliki setiap umat yang ingin berjuang meraih kemenangan. Dan sabar terhadap larangan termasuk unsur tepenting bagi pasukan perang untuk dapat mengalahkan musuhnya.

Kita semua tahu, masalah terbesar yang dihadapi para petinggi militer dewasa ini adalah perbekalan makanan untuk tentara dan perbekalan lainnya, plus hiburan bagi mereka jika bertugas dalam jangka waktu yang lama. Sering kita lihat tentara-tentara yang ditemani satu grup wanita pelacur yang bertugas untuk menemani mereka saat jeda perang.

Bandingkan dengan tentara Islam yang keluar untuk berperang selama sepuluh tahun. Komandan perangnya tidak menghadapi problem perbekalan tentara dan fasilitas hiburan untuk mereka.

Tentang perbekalan, tentara-tentara Islam adalah profil tentara yang tidak melihat kenikmatan ada dalam makanan dan minuman saja, tapi kenikmatan itu ketika mati syahid yang merupakan kunci masuk surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Bagi mereka, makanan hanya pengganjal perut dan penguat jasmani. Jika mereka mendapati daging dan susu, mereka tak memakannya hingga kekenyangan. Jika mereka mendapati kurma dan air, maka mereka tetap mau memakannya. Dan jika mereka tidak mendapatkan suplai makanan berhari-hari, menganggap dirinya berada dalam bulan Ramadhan.

Tentang hiburan, tentara Islam berada di puncak kekuatan spiritual, keheningan hati dan ketinggian akhlak. Hiburan hati dan jiwa mereka ada pada kenikmatan beribadah.

Demi Allah, mereka menguatkan hati dan meningkatkan semangat tempurnya dengan beribadah pada malam hari menjelang subuh. Mereka bangkit lagi dari tidurnya pada malam hari untuk bertahajjud, membaca Al-Qur’an dan mendalami ilmu agama sebelum Subuh. Di situ, mereka menemukan kekuatan spiritual dan ketenangan hati.

Itulah aktivitas mereka sepanjang hari setelah perang maha berat dan melelahkan. Pedang panjang, panah lurus dan kuda cekatan adalah senjata mereka menghadapi musuh, setiap hari dari subuh hingga maghrib. Usai shalat isya mereka beristirahat di bawah tenda dan beberapa jam kemudian mereka bangun untuk menghadap Allah. Mencari kesejukan hati dan bermunajat kepada Allah. Menyegarkan jiwa dengan dzikir kepada Allah dan membaca kitab-Nya.

Itulah yang mereka kerjakan. Itulah kunci kemenangan menakjubkan yang dicatat sejarah. Itu pula rahasia kekalahan tentara Romawi dan Persia ketika mental tempurnya menurun, jiwanya kosong dari sinar dan hampa dari semangat spiritual yang mulia. Begitu pulalah tentara Barat, mereka tidak bisa dijamin mampu berperang dalam jangka waktu yang lama jika tidak ada minuman keras di sampingnya, atau makanan dan minuman di ranselnya.

Kedua: Taat

Kaum muslimin berpuasa di bulan Ramadhan, meninggalkan makan, minum dan kebiasaan lainnya, karena mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini, mereka tidak peduli apakah ia akan sengsara dan menderita.

Cukup baginya, ia yakin Allah sebagai Tuhannya, Rosulullah sebagai nabi dan pemimpinnya. Ia berikrar di hadapan Allah bahwa ia masuk Islam untuk mendengar dan taat pada saat suka dan duka, kaya dan miskin. Dengan cara seperti itulah tentara Islam menjadi contoh teladan tentara yang taat sepanjang zaman.

Apakah khalid bin walid bisa menjadi profil yang ideal komandan perang yang diberikan dari jabatannya, ketika perang tengah berkecamuk dengan hebatnya. Tapi ia kemudian menyerahkan jabatannya kepada penggantinya dan menjadi tentara biasa.

Ia bahkan terus berperang dengan semangat tinggi, seperti ketika ia menjabat sebagai komandan. Ucapannya yang terkenal adalah, “Aku berperang karena Tuhannya Umar, bukan karena Umar.”

Apakah khalid bin Walid bisa melakukan itu, bila Islam tidak tertanam dalam hatinya? Apakah Khalid bin Walid mampu melakukan itu, andai jiwanya tak terwarnai puasa, shalat, dan ibadah lainnya?

Apa komentar Anda terhadap pasukan Usamah yang disiapkan Rasulullah menjelang wafatnya. Rasulullah menunjuk Usamah yang masih belasan tahun sebagai komandan perang membawahi tokoh-tokoh senior kaum Muhajirin dan Anshar, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Khalid.

Apa ucapan Anda terhadap ucapan Abu Bakar kepada Umar yang mengusulkan pengganian Usamah dengan sahabat yang senior dan kaya pengalaman, “Usamah diangkat sebagai komandan perang oleh Rasulullah. Pantaskah aku mencopot jabatan yang diberikan Rasulullah kepadanya?”

Apa komentar Anda terhadap ketaatan luar biasa terhadap wasiat Rasulullah saw? Bukankah semua itu hasil puasa dan tarbiyah (pembinan) puasa kepadsa mereka yang menanamkan akhlak taat kepada perintah komandannya? Ya, sejarah menjadi saksi akan hal ini.

Ketiga: Teratur

Di bulan Ramadhan, kaum muslimin makan, tidur, dan bangun dengan teratur. Masyarakat Islam di bulan Ramadhan adalah masyarakat teladan dalam keteraturan. Anggota masyarakatnya sama-sama merasakan lapar di siang hari, sama-sama menyiapkan diri berbuka puasa menjelang matahari terbenam, sama-sama berbuka puasa saat Maghrib tiba dan shalat Isya, tarawih dan Subuh dengan berjama’ah itulah keteraturan dan kedisiplinan yang tiada taranya dibanding umat-umat lain.

Keteraturan yang tidak membedakan orang tua dan anak kecil, orang berilmu dan yang awam, pemimpin dengan rakyatnya, orang kaya dan miskin.

Itulah akhlak utama yang dikaruniakan pada orang yang berpuasa; sabar, taat dan teratur. Pernahkan Anda melihat umat yang berakhlak dengan kekuatan spiritual ini kemudian kalah dari musuh-musuhnya? Pernahkah Anda lihat satu pasukan di mana personel tantaranya berakhlak dengan akhlak yang kuat kemudian berada di ambang kekalahan?

Pernahkah Anda lihat suatu masyarakat yang dihiasi dengan akhlak kemudian kerusakan menyerangnya? Demi Allah yang mengutus Rasulullah, jika hari ini kita memiliki akhlak itu dalam peperangan melawan Israel, maka kita akan mampu mengalahkan mereka sekejap mata. Kendati kita hanya memiliki separo persenjataan dan perlengkapan mereka.



Disarikan dari kitab “Ahkamu Shiyam wa Falsafatuhu fi Dhau’il Qur’an wa Sunna”, Dr. Mustafa As-Siba’i. Sumber: Suplemen Renungan Ramadhan ‘ Membina generasi Tangguh’ Majalah Sabili

Author : PercikanIman.ORG