Wednesday, September 30, 2009

Dampak Lumpur Lapindo dalam Dua Versi

Pada hari Jum’at 25 September, saya menonton acara Kick Andi di Metro TV yang membahas tentang masalah Lumpur Lapindo. Di acara tersebut dihadirkan beberapa narasumber yaitu ada dari pihak korban lumpur lapindo, dan ada juga pemerhati sosial dan sosiolog. Berikut data dan keterangan yang sempat saya tulis dari penjelasan para korban lumpur lapindo dan pemerhati sosial atau sosiolog di acara tersebut:

• Ibu Tuini, seorang korban lumpur lapindo mengatakan bahwa keadaan perekonomian keluarganya sangatlah memprihatinkan di banding dulu sebelum adanya lumpur. Penghasilan kelurganya sekarang tidak menentu, ia sekarang biasanya hanya menjual lontong itupun tidak rutin jadi ia juga terkadang menganggur. Katanya dulu ia dan para korban lumpur lainnya pernah menerima uang sebanyak Rp. 800 ribu dari sesorang yang katanya dari pak SBY. Ditanya bagaimana ia menjalani lebaran tahun ini, Ibu Tuini mengatakan ia dan keluarganya berlebaran dengan menangis dan pada saat malam takbiran pun mereka sekeluarga menangisi penderitaan mereka.

• Hampir sama dengan Ibu Tuini, Pak Purwanto yang selama 3 juga tidak mempunya penghasilan yang tetap dan pasti, sekarang ia hanya mengontrak rumah atas sumbangan seseorang dan sampai sekarang ia belum menerima sepeser pun uang ganti rugi termasuk yang katanya uang ganti rugi sebanyak 20% yang telah dibagikan oleh pihak Lapindo Brantas.

• Begitu juga dengan Muh. Irsyad sangat kecewa terhadap tindakan pemerintah dan pihak lapindo brantas yang mana tidak ada langkah kongkrit untuk menanggulangi dampak lumpur jadi membuat kehidupan mereka tidak menentu, dulu ia mempunyai sawah yang menjadi lahan tempatnya bekerja, ia sangat menyesal dan mengharapkan seluruh pihak yang bersangkutan bertaubat jangan hanya banyak bicara dan lebih mementingkan bisnis bahkan pak Irsyad mengatakan pihak yang bersngkutan gila dan dia mengatakan kepada semua korban bahwa mereka sekarang dijajah oleh bangsa sendiri. “Mereka punya mata tetapi tidak bisa melihat, mereka juga punya telinga tetapi tidak dapat mendengar, taubatlah” lanjut pak Irsyad.

• Lain lagi dengan Ibu Harwati seorang janda berumur 34 tahun yang dulu sebelum terjadi lumpur Lapindo menjual-jual barang campuran dan sekarang ia bekerja sebagai tukang ojek, suaminya meninggal karena diduga stress memikirkan keadaan keluarganya yang terkena dampak lumpur Lapindo. Sampai sekarang ia baru menerima uang ganti rugi dari pihak Lapindo Brantas sebanyak 20 % atau sekitar 30 jt dan masih terus menunggu uang ganti rugi sepenuhnya dari pihak yang bersangkutan.

• Ada juga seseorang yang sebelumnya ia bekerja sebagai tukang becak, sekarang ia bekerja tidak menentu terkadang menjadi kuli bangunan atau buruh tani. Menurutnya pekerjaannya dahulu lebih baik karena selain bisa lebih dekat dekat dengan keluarganya, dia pun mempunyai pendapatan tetap, tidak sama dengan sekarang yang mana penghasilannya tidak tetap.

• Farid hingga kini belum menerima sepeser pun dari uang ganti rugi dari pemerintah, dahulu ia membuka usaha penerbitan di rumahnya yang kalau ditaksir harga rumah sekaligus tempat usahanya tersebut sekitar 350 juta. Setahunya memang katanya pihak yang bersangkutan telah membayar ganti rugi sebanyak 20 persen, namun sekarang ia juga belum benerima sepeser pun dana tersebut. Ia pun telah berusaha menghubungi pihak pemerintah dan pihak lapindo brantas namun sampai kini belum ada tindak lanjut dari pihak tersebut. Katanya, mengatasi masalah lumpur lapindo harus “Lebih Cepat Lebih Baik, Jangan melanjutkan Penderitaan Korban Lumpur Lapindo.”

• Menurut kepala desa tempatnya tinggal, dulunya mereka percaya kepada janji2 presiden tetapi sekarang sudah berjalan 3 tahun belum terlaksana.

Sosiolog yang hadir di acara tersebut mengatakan ini adalah suatu kejahatan jadi selain harus melakukan ganti rugi juga harus diselesaikan dengan hukum. Lanjutnya, ia heran kenapa Abu Rizal Bakri mengatakan bersedia memberikan dana sebesar Rp. 1 trilyun kepada golkar jika ia terpilih, padahal hutangnya pada para korban lumpur lapindo belum dibayar. “Bukan hanya Aburizal Bakri yang bertanggungjawab tetapi pemerintahan SBY harus bertanggungjawab” katanya. “Kenapa kalau masalah publik ia lambat mengatasi, tetapi kalau masalah yang mengancam keselamatan dirinya langsung diatasi contohnya masalah terorisme.” “Anak-anak kehilangan keceriaan karena mereka tidak lagi mempunyai tempat menetap yang tetap dan mereka tidak bisa bersekolah dengan baik” lanjutnya.

Pada hari yang sama saya menonton di TV One yang juga membahas tentang lumpur lapindo, dan sangatlah berbeda drastis dengan keadaan korban lumpur Lapindo yang diberitakan oleh stasiun televisi metro TV, menurut para korban yang diwawancarai di TV One mereka sangat bersyukur terhadap langkah-langkah pemerintah dan pihak Lapindo Brantas yang mana telah melakukan langkah-langkah penanggulangan korban lumpur lapindo dengan baik contohnya karena mereka telah diberikan haknya oleh pihak yang bersangkutan dengan pembayaran ganti rugi dari pihak lapindo dalam hal ini dari Abu Rizal Bakri, yang katanya sudah mengeluarkan dana sebanyak sekitar Rp. 6 trilyun untuk membayar ganti rugi kepada para korban lumpur. Ada juga yang saya lihat warga yang diwawancarai oleh pihak TV One yang sekaligus memperlihatkan tempat tinggalnya yang tergolong sangat layak, dengan rumah tinggal di perumahan yang terlihat elit dan luas. Katanya dia sangat bersyukur terhadap langkah-langkah yang diambil oleh pihak lapindo dan pemerintah. Dahulu katanya ia hanya mempunyai rumah yang sederhana dan sebuah motor sekarang setelah terjadi lumpur lapindo ia telah tinggal di rumah yang bagus serta mempunyai mobil. Para keluarganya pun heran dan seakan-akan tidak percaya kenapa kehidupan perekonomiannya sekarang lebih baik dari dulu sebelum terjadinya lumpur lapindo.

Saya menjadi heran kenapa orang dan para korban yang dijadikan narasumber di TV One mengatakan yang positif dan rasa syukur terhadap pihak Lapindo Brantas serta pemerintah, tetapi media lain mengatakan sebaliknya yakni para korban merasa menderita dan kecewa terhadap pihak yang bersangkutan. Fakta memang mengatakan bahwa tidak mungkinlah para korban bersyukur karena telah diubah kehidupannya oleh pihak yang bersangkutan, menjadi lebih sejahtera dan bahagia dibanding sebelum terjadinya lumpur dan juga kalau difikir secara logika, karena melihat kenyataan di sana yang mana lumpur semakin meluas dan sudah menenggelamkan rumah-rumah para warga sekitarnya, para korban yang sudah kehilangan bukan hanya materi semata tetapi sudah kehilangan sendi-sendi kehidupan mereka, sudah kehilangan mimpi-mimpi mereka, anak-anak mereka sudah kehilangan tempat mereka bermain dan bersekolah sehingga memupus harapan mereka untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik, dan ini jelas tidak bisa digantikan dengan apapun bahkan dengan materi sekalipun (itupun mustahil untuk dipenuhi) mengatakan bahwa mereka secara keseluruhan bersyukur terhadap apa yang mereka alami sekarang berkaitan dengan bencana lumpur lapindo yang melanda mereka dan sampai sekarang ini belum dapat teratasi semburannya.

Hal tersebut menjadi dasar bahwa sekarang ini media sudah terkikis semangat independennya, yang mana media sebagai sarana untuk memberikan informasi dari pemerintah kepada rakyatnya, informasi antara sesama warga Negara, dan informasi aspirasi dari rakyat kepada pemerintah yang di dalam pelaksanaannya harus independen dan lebih mengarah kepada kebenaran fakta, bukannya kebenaran yang diada-adakan untuk tujuan tertentu, pribadi, golongan,…...….(?) Pemberitaan yang tidak betul secara keseluruhan akan menjadikan masyarakat yang menjadi subyek tidak akan menerima hak-haknya dengan baik dan adil karena tidak ada lagi sarana informasi faktual yang menginformasikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Oleh karena informasi yang benar meskipun pahit menjadi rujukan masyarakat memberikan kritik dan masukan yang membangun.
Tidaklah etis dan masuk akal jika segala yang dilakukan pemerintah tanpa memandang baik dan buruknya selalu didukung oleh pemberitaan positif oleh media. Jika kita hanya diam saja melihat keadaan seperti ini, bisa-bisa tidak akan ada lagi kebenaran yang sesuai dengan fakta Nampak, semua yang diperlihatkan hanya segelintir kenyataan dan menyembunyikan banyak kenyataan. Sudah saatnya mata dan telinga kita dibuka lebar-lebar dan kita memberikan kritikan terhadap kesalahan siapapun itu apalagi ini bukan masalah individu tetapi masalah orang banyak yaitu masyarakat Indonesia.,.

Juga menjadi dosa yang semakin bertumpuk jika kebenaran hakiki disembunyikan dan lebih menonjolkan kebenaran parsial atau kebenaran yang tidak mewakili sampel secara keseluruhan. Saatnya media berani mengiformasikan kebenaran meskipun pahit, dan berani memberikan kritikan yang membangun kepada pemerintah untuk kebaikan negeri kita yang tercinta ini.

ESENSI TAUHID


Media Ash-Shaffat
Edisi X 2009
ESENSI TAUHID

Memahami sisi penyimpangan manusia dari segi Aqidah

Oleh: H. Hading Wase, Lc, MA

“Dan atas Allah (hak) menerangkan jalan yang lurus, dan di antaranya ada jalan yang menyimpang. Dan jika Dia menghendaki tentu Dia (Allah) memberi petunjuk kepada kalian semua (ke jalan yang benar).” (Q.S. An-Nahl: 9)


Islam adalah agama yang memiliki konsep Ketuhanan yang paling benar, di mana tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Karena itu, Tauhid adalah meng -Esa- kan Tuhan, sebagai bentuk kesaksian bahwa Allah “Ahad” Yang Maha Tunggal menghidupkan manusia agar mereka hanya mengabdi kepada-Nya. Allah Yang Maha Memberi, satu-satunya tempat meminta pertolongan. Karena itu, meyakini ada kekuatan lain di samping kekuatan Allah tergolong kemusyrikan. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia (Allah), dan Dia mengampuni dosa selain syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (Q.S. An-Nisa: 116)

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah, membutuhkan bantuan pertolongan Allah dalam kehidupan ini. Tetapi di antaranya, ada orang-orang yang menempuh kesesatan meminta melalui perantara, misalnya; mendatangi paranormal (tukang ramal atau dukun santet), meminta berkah dan rezeki pada kuburan keramat, pohon angker atau percaya pada kekuatan batu mustika, membakar dupa di tempat tertentu, atau memasang jimat untuk kekuatan dan perlindungan, serta semacamnya.

Semua itu, apabila diyakini memang dapat membantu sekalipun melunturkan keyakinan kepada Allah Zat Yang Maha Menghidupkan manusia. Biasanya hal itu lebih cepat menolong keinginan-keinginan dan kepuasan seseorang; seperti mencelakakan orang lain dengan teluh atau santet, meminta limpahan rezeki, ketemu jodoh, panjang umur, terpelihara dan mendapatkan keselamatan hidup di dunia. Padahal, yang ditempati meminta itu bukanlah Yang Maha Menghidupkan. Adapun setiap makhluk hidup semuanya pasti akan mati dan sembahan berupa benda-benda mati suatu saat hancur, jadi tidak semestinya orang berharap sepenuhnya kepada makhluk diyakini akan memberi sarana kehidupan kekal dengan segala bentuk kebutuhan manusia. Justru sebenarnya yang ditempati meminta itu tidak dapat menolong dirinya sendiri dari teguran (turunnya azab) Allah di dunia dan lebih-lebih hukuman dari (balasan azab) Allah di akhirat kelak. Allah SWT memberikan tekanan dan teguran dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah: ‘Siapakah Tuhan (Yang menciptakan) langit dan bumi?’. (mereka pasti) menjawab: ‘Allah’. Katakanlah: ‘Lalu mengapa kalian mengambil pelindung-pelindung selain Allah, yang tidak bisa menolong (memberi manfaat dan mudharat) bagi diri mereka sendiri?’. Katakanlah ‘adakah sama orang buta dan orang yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah (syirik) yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?’. Katakanlah: ‘Allah adalah pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Ar-Ra’d: 16)

Untuk itu, orang-orang yang mengambil pelindung atau perantara kepada makhluk, atau kepada benda-benda mati dalam pandangan Allah sama dengan orang yang buta atau seakan berada dalam kegelapan karena tidak memahami hakikat Sang Maha Pencipta Yang Maha Hidup, Maha Memberi, Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Maha Memaksa (Maha Perkasa).

Mereka dianggap buta karena tidak mendapatkan petunjuk atau hidayah, sehingga tersesat sejauh-jauhnya. Justru mereka diterangkan dalam Al-Qur’an semakin tetap bertahan memahami kesesatannya itu sebagai sesuatu yang benar, meskipun diberi peringatan. Allah SWT menjelaskan sanggahan orang-orang musyrik dengan Firman-Nya:

“Dan orang-orang musyrik berkata: ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia (Allah) baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya’. Demikianlah yang diperbuat oleh orang sebelum mereka. Bukankah kewajiban para Rasul hanya menyampaikan (amanah Allah) dengan jelas.” (Q.S. An-Nahl: 35)

Begitulah pentingnya memelihara Tauhid, dengan meng–Esa-kan Allah. Menyakini kekuasaan-Nya yang meliputi segala sesuatu. Termasuk memberikan keselamatan kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh, serta memberikan teguran kepada mereka yang telah menyimpang dari jalan yang benar. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang (leluhur) mereka dalam keadaan sesat. Lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (leluhur) mereka.” (Q.S. Ash-Shaffat: 69-70)

Terjadinya banyak musibah dan bencana saat ini seperti; tsunami di Aceh dan di Pangandaran, begitu pula terjadinya gempa bumi di beberapa tempat dan wilayah, adanya banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan pemukiman, dan begitu pula bencana lumpur gas Lapindo Sidoarjo di Jawa Timur. Tentu tak bisa dilepaskan dengan prilaku manusia yang tinggal di tempat itu.

Bayangkan keingkaran mereka yang semakin jauh dari petunjuk Allah SWT bahkan sebagian besar di antaranya, tidak lagi mengindahkan sujud (shalat) serta terbuai dengan prilaku pemujaan kepada nafsu syahwat dan angkara murka. Tidak kurang pula mereka mengemas secara terselubung tradisi persembahan sesajian yang diperuntukkan kepada arwah (roh orang mati) atau kepada selain Allah (yakni buat persembahan kepada jin/syetan); seperti menyerahkan sesajian sebelum turun melaut utamanya bagi para nelayan yang diperuntukkan kepada Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan di wilayah pesisir Pangandaran Jawa Barat dan sepanjang wilayah laut selatan.
Pemujaan pesugihan di sekitar gunung-gunung angker seperti di kaki bukit gunung Kawi, Jawa Timur. Demi mendapatkan kekayaan, sebagian rela menjadi babi ngepet, atau meminta berkah kepada kuburan orang-orang shaleh (wali), menjadikan klenik atau ilmu santet sebagai penyelesaian masalah serta berbagai penyimpangan lainnya di tempat-tempat rawan bencana. Prilaku seperti itu, bisa saja mempercepat turunnya bala’ dan bencana yang bertubi-tubi. Allah SWT berfirman:

“Kemudian apabila Dia (Allah) telah menghilangkan bencana dari kalian, malah sebagian kalian mempersekutukan kembali Tuhan dengan yang lain (musyrik).” (QS. An-Nahl: 54)

Betapa pun masalahnya bencana yang telah menimpa berbagai wilayah belakangan ini, bisa merupakan ujian atau teguran Allah, itu akan menimpa dan mebinasakan suatu tempat, ketika kemusyrikan sudah merajalela dilakukan mayoritas penduduk suatu tempat atau bangsa. Kesempatan masih terbuka buat kita semua, untuk segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Allah memberikan jaminan perlindungan azab kepada kaum yang beriman dan beramal shaleh, selama mereka tetap berbuat kebaikan sebagaimana ditekankan dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya:

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan suatu negeri secara zalim, sedangkan penduduknya (termasuk) orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 117)

“Sesungguhnya rahmat Allah itu, sangat dekat kepada orang-orang yang melakukan kebaikan.” (QS. Al-A’raf: 56)

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan dalil-dalil Al-Qur’an yang telah diuraikan di atas, selayaknya kita membersihkan aqidah dari penyimpangan (syirik) menuju kepada aqidah yang benar (tauhid), sehingga penyembahan kita kepada Allah tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah menangguhkan muka-Nya, melapangkan hidayah-Nya, untuk memelihara ibadah dengan berbagai amal kebaikan, sehingga rahmat Allah akan senantiasa tercurah, Insya Allah. Barangkali upaya inilah merupakan jalan terbaik bagi kita semua untuk dapat selamat dari berbagai macam musibah dan bencana, serta teguran Allah lainnya.

Wallahu a’lam bish shawab.

Wednesday, September 16, 2009

Munajat Ramadhan dan Lailatul Qadar


Ya Allah, Tuhanku yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Berikanlah kami kebaikan pada Malam Lailatul Qadar
Lipatgandakanlah fadhilah atas amalan-amalan kami
Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami dari dosa yang terbesar sampai dosa yang terkecil
Berikan kami hidayah di bulan dan malam yang penuh kemuliaan ini
Jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang selamat dunia dan akhirat

Ya Allah, Tuhanku yang Maha Agung
Anugerahkan kepada kami hati yang bersih melalui ke-Maha Sucian-Mu
Masukkanlah ke dalam otak kami ilmu dan fikiran positif dengan ke-Maha Pengetahuan-Mu
Lapangkanlah hati kami yang terkadang sesak, dengan ke-Maha Melapangkan -Mu
Hiburlah jiwa kami yang sering gelisah dengan ke-Maha Agungan –Mu
Tutuplah hijab-hijab yang menghalangi kami dalam mengenal ke-Maha Besaran-Mu


Ya Allah, Tuhanku yang Maha Pemberi
Karuniakan kepada kami pendamping hidup yang dapat menjadikan kami semakin dekat kepada-Mu
Cukupkanlah kami dengan rezeki yang halal dengan tanpa ketergantungan kepada orang lain dengan ke-Maha Pemberian-Mu
Anugerahkan kepada kami hati yang lembut sehingga kami dapat menerima kebenaran dan kami bisa senantiasa introspeksi diri
Jika kami memiliki banyak kekurangan tolong berikanlah jalan yang luas dan terang agar kami dapat memperbaikinya
Jangan biarkan kami berbuat Dzalim baik terhadap diri kami maupun terhadap orang lain
Jika kami susah mengubah diri kami menjadi lebih baik maka tolong ubahlah kami dengan ke-Maha Besaran-Mu

Ya Allah, Tuhanku yang Maha Menguasai Segala Kehidupan
Takdirkan kami dan keluarga kami menjadi orang yang berbuat kebaikan
Takdirkan kami agar tetap istiqamah dalam kebenaran
Takdirkan kami agar tidak menjadi beban bagi orang lain
Takdirkan kami sebagai orang yang penuh manfaat terhadap orang lain
Takdirkan kami sebagai penghuni surga-Mu kelak


Ya Allah, duhai Tuhanku yang Maha Mengabulkan
Kami mohon dengan sangat……..
Kabulkanlan segala doa kami melalui hidayah dan fadhilah Bulan Ramadhan dan malam Lailatul Qadar

KAMI AKUI BAHWA KAMI TELAH BANYAK BERLUMUR DOSA, OLEH KARENA ITU TERIMALAH TAUBAT KAMI YA ALLAH……….


Makassar, 26 Ramadhan 1430 H (menjelang malam ke-27 Ramadhan)

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QADAR

== LaIlAtUl QaDaR ==
marga satwa tak berbunyi
F A
gunung menahan nafasnya
Dm E
anginpun berhenti
Gm
pohon-pohon tunduk
Bb
dalam gelap malam
Gm
pada bulan suci
A Dm
Quran turun ke bumi

**
A Bb E A
Quran turun ke bumi 2X

Reff
Dm A Dm A
inilah malam seribu bulan
Gm A
ketika cahaya sorga menyinari bumi 2X

inilah malam seribu bulan
ketika tuhan menyeka air mata kita
ketika tuhan menyeka dosa-dosa kita
*****
(BIMBO)

Seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tarmidzi, Rasulullah saw bersabda, “Pada saat terjadinya lailatul qadar itu, malam terasa sangat jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas dan tidak juga dingin. Dan pada pagi hari matahari terbit dengan jernih terang-benderang tanpa tertutup sesuatu awan.”
Keutamaan Lailatul Qadar

• Ibadah seperti shalat, tilawah Qur’an dan dzikir serta amal sosial (shadaqah, zakat, infaq) yang dilakukan itu lebih utama daripada ibadah seribu bulan (Anas bin Malik ra)
• Riwayat Anas bin Malik ra. Rasulullah saw bersabda, “Lailatul Qadar untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya”.
• Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari hamba-Nya yang bertaubat.
• “Barang siapa melakukan (qiyam, shalat malam) pada Lailatul Qadar, atas dasar iman dan semata-mata mencari ridha Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR Bukhari, Muslim dan Baihaqy).
• Tidak ada malam yang lebih utama dari Lailatul Qadar. Ibnu Abi Syaibah menyampaikan ungkapan Hasan Al Bashri, “Saya tidak pernah tahu adanya hari atau malam yang lebih utama dari malam yang lainnya, kecuali Lailatul Qadar, karena Lailatul Qadar lebih utama dari (amalan) seribu bulan“.
Firman Allah Al-Qadr (1-5) :
Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril denagn izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Sesuai dengan dalil-dalil di atas mengenai malam Lailatul Qadar, kita dapat mengambil hikmah bahwa malam Lailatul Qadr fadhilahnya sebagai berikut:

1. Malam Lailatul Qadar itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, jika dijadikan tahun maka seribu bulan sama dengan sekitar 83 tahun 3 bulan. 83 tahun 3 bulan bagi umat nabi Muhammad seperti kita adalah usia yang panjang. Jadi, malam Lailatu Qadar itu adalah malam yang keutamaannya lebih baik dari sekitar 83 tahun umur manusia. Nah, kalau dikatakan bahwa jika kita beribadah di malam tersebut dengan khusuk untuk memohon ridha Allah pahalanya atau fadilahnya akan sama dengan beribadah seumur hidup manusia dengan usia yang panjang, bisa dibayangkan betapa banyaknya amal pahala yang kita peroleh jika kita menjalankan ibadah dengan serius di malam tersebut dan diterima oleh Allah. Akan tercatat dalam catatan amal malaikat bahwa kita telah beribadah selama lebih dari seumur hidup kita dan bayangkan jika malam Lailatul Qadar kita dapatkan sebanyak puluhan kali, maka catatan amalan kebaikan kita nilainya tercatat sebanyak sekitar 83 x 10 atau sekitar 843 tahun ibadah kita.

2. Adapun bagi siapa yang berdoa dengan sungguh-sungguh pada Malam Lailatul Qadar, maka Allah akan mengabulkan setiap doanya dan bisa jadi doanya dilipatgandakan ribuan kali lipat kebaikan atas pengabulan doa tersebut sesuai dengan fadilah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Karena malaikat-malaikat turun ke bumi untuk mencatat amalan2 hamba-hamba-Nya dan memberikan pahala dan keutamaan atas amalan yang dilakukan oleh orang yang berdoa tersebut.

3. Selain mengabulkan setiap doa hamba-Nya, Allah juga akan menerima seluruh amalan kebaikan yang dilakukan oleh orang yang beramal pada malam tersebut dan akan dilipatgandakan, contohnya amalan shalat, sedekah, dzikir, taubat, menolong orang, tadarus dan tadabbur Al-Qur’an, dsb.

4. Inilah hikmah keutamaan yang Allah berikan kepada Nabi Muhmammad dan seluruh umatnya, yang mana meskipun rata-rata umur umat Nabi Muhammad hanya berkisar antara 60 sampai dengan 80 tahun sangat singkat jika dibandingkan dengan umur umat Nabi-Nabi terdahulu yang hidup selama ratusan sampai ribuan tahun, namun kita bisa mendapatkan pahala atas amalan-amalannya sama dengan kalau hidup selama ratusan tahun bahkan bisa sampai pahalanya dilipatgandakan sama dengan kalau hidup dan beramal sampai ribuan tahun. Hal tersebut juga mengandung hikmah bahwa jika umur umat nabi Muhammad lebih singkat dari umur umat yang terdahulu berarti kesempatan untuk berbuat dosa dan kesalahan lebih sedikit, kemudian meskipun kesempatan berbuat kebaikan juga lebih sedikit dibanding dengan umat terdahulu, namun pahala atas amalan-amalan kita pahalanya bisa sama dengan pahala orang yang hidup ratusan hingga ribuan tahun.

SUBHAANALLAH, WALHAMDULILLAH, WALAA ILAA HAILLALLAH, WALLAHU AKBAR.
WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL ADZIM


Ya Allah duhai Tuhanku yang Maha Agung berikanlan kepada kami kebaikan melalui fadhilah Malam Lailatu Qadar.

Sunday, September 6, 2009

Musibah, Gempa Bumi: Ujian, Teguran Atau Azab?

Pada hari Rabu tanggal 2 September yang juga bertepatan pada hari ke 12 bulan Ramadhan 1430 H, telah terjadi gempa bumi yang mengguncang daerah Jawa Barat, diantaranya Tasikamalaya, Cianjur, dsb, dengan kekuatan 7,3 Skala Richter. Menurut data Pusat Penanggulangan Krisis Depkes kemarin yaitu korban wafat 53, hilang 37, luka berat 125, luka ringan 503, dan pengungsi sebanyak 5.368 orang. (Persda Network/dic/yon/kompas.com/Harian Fajar). Dan Data yang terbaru dari TV One, menurut data SATKORLAK PB yaitu sebanyak 70 orang meninggal, 32 masih hilang, ratrusan yang luka-luka. Jumlah bangunan yang rusak sekitar 148.000.
Kita sebagai umat muslim harus memandang kejadian ini dalam perspektif islam, adapun menurut para ulama ada tiga pandangan islam dalam suatu bencana, yaitu:

1. Ujian dari Allah SWT. Yaitu Allah menurunkan musibah atau bencana kepada makhluk-Nya yang beriman kepada-Nya sebagai ujian terhadap keimanan seseorang, apakah ia akan tetap istiqamah terhadap keimanannya. Karena di dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa “Apakah engkau mengaku bahwa dirimu beriman, sebelum diturunkan kepadamu suatu cobaan.”

2. Teguran dari Allah SWT. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap para makhluk-Nya, Dia tidak akan tega melihat hamba-Nya yang masih mempunyai iman walaupun sedikit untuk larut dalam perbuataan dosa dan pelanggaran terhadap segala peraturan Allah SWT, makanya Allah SWT menegurnya dengan bencana supaya hambanya yang selamat bisa berbenah diri dan menyadari kesalahannnya kemudian bertaubat dan kembali ke jalan Allah.

3. Azab dari Allah SWT. Azab diturunkan Allah SWT kepada kaum yang nyata membangkang dan betul-betul tidak mau menerima Ajaran Allah dan para Nabinya. Dalam hal ini Allah betul-betul Maha Kuasa untuk menghancurkan suatu negeri tanpa sisa, seperti yang diceritakan dalam Al-Qur’an yaitu kisah-kisah kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, Penduduk Madyan atau kaum Nabi Syuaib. Yang diturunkan banjir dasyat, gempa dasyat, petir, dan hujan batu api. Mereka semua dibinasakan (kecuali sedikit orang yang mengikuti petunjuk Rasul Allah).

Kita dapat memetik hikmah dari bencana-bencana yang melanda negeri kita dalam dekade terakhir ini mulai dari Tsunami di Aceh, gempa dan tsunami Jogya, jebolnya Situ Gintung, dan banyak lagi bencana yang lain yang melanda negeri kita ini, sampai bencana gempa yang melanda Jawa Barat. Dan pertanyaannya adalah apakah bencana tersebut diturunkan sebagai ujian, teguran, atau azab. Kalau ujian hanya diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang saleh yang selalu berusaha menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan ini biasanya bersifat musibah pribadi. Seperti Nabi-Nabi kita yang diuji Allah melalui sakit, kemiskinan atau seperti orang-orang yang Saleh lainnya. Dan itu saya rasa sangat jauh dari musibah yang terjadi pada kita akhir-akhir ini, karena kita melihat sendiri fenomena masyarakat yang katanya beriman namun tetap melakukan maksiat seperti sex bebas, Zina, pelacuran, perjudian,narkoba, miras, kejahatan pencurian, perampokan, koruptor, perbuatan syirik dan lain sebagainya yang semuanya perbuatan melanggar ketentuan Allah. Kita bisa lihat sendiri di siaran kriminal di televisi itukah tanda-tanda orang beriman yang diuji?

Kalau azab diturunkan sebagai murka Allah kepada hamba-Nya yang betul-betul mengingkari-Nya, seperti jaman nabi-nabi kita yang nyata-nyata umatnya tidak mau beriman kepada Allah bahkan mengolok-olok, mengejek, menzalimi para nabi, keadaan kita sekarang di tengah maraknya kejahatan di antara kita juga masih ada orang-orang yang saleh yang menjalankan agama dengan baik. Kebanyakan kita sekarang beriman setengah-tengah. Ada yang yang menjalankan perintah Allah setengah-setengah dan melakukan juga larangan Allah, ada juga yang katanya beriman dan beragam islam tetapi membenci peraturan Allah jadi bercampur antara yang haq dan yang batil. Oleh karenanya, Allah tidak menurunkan azab secara penuh tetapi menegur kita dengan bencana.

Saya lebih mengarah bahwa bencana yang terjadi pada kita pada dekade ini adalah merupakan teguran dari Allah, untuk menyadarkan kita semua supaya beranjak dari perbuatan dosa menuju ke jalan kebenaran. Oleh karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak rela melihat kita tergelincir dan larut dalam kesalahan, jadi Allah memberikan teguran agar kita kembali ke jalan-Nya.

Adapun misalnya jika kita mengatakan bencana tersebut hanya sebagai ujian dari Allah semata dan hanya sebagai penghibur korban, maka tidak akan ada usaha untuk memperbaiki diri, tidak akan ada introspeksi diri, dan kita (secara umum) merasa baik-baik saja dan tidak melakukan perbaikan atau taubat meskipun telah melakukan banyak penyimpangan dari aturan agama.

Namun semuanya tidak ada yang bersifat mutlak karena bisa jadi ada korban yang saleh yang memang diberikan ujian dari Allah supaya bertambah keimannya, bisa juga memang ada korban yang diberikan azab atas kejahatannya, dan yang paling mendekati kebenaran di sini yaitu Allah menegur hamba-Nya yang salah dengan musibah supaya kita kembali ke jalan yang benar.

““””Analoginya seperti ini, jika dalam suatu keluarga atau sekolah ada anak-anak yang membandel, nakal, sering membolos, sering mengganggu temannya, suka tawuran, dan tidak menjalankan aturan orang tua atau aturan sekolah, maka pasti jalan yang terbaik untuk kebaikan anak tersebut dengan diberikan hukuman atas kesalahannya, jika dibiarkan tanpa ada hukuman maka kenakalannya akan terus bertambah oleh karena dia merasa tidak apa-apa kalau nakal toh tidak ada juga hukumannya. Begitulah Allah SWT mengajarkan kita melalui melalui fenomena-fenomena yang terjadi”””””

Oleh karena itu, mari kita semua bermuhasabah dan instrospeksi diri terhadap kesalahan-kesalahan kita selama ini, mari taubat dan meninggalkan maksiat serta kita belajar menjalankan peraturan Allah semampu kita, janganlah kita malah membenci orang yang “ber amar ma’ruf nahi mungkar” dan kita jangan lebih suka saling memfitnah. Amat tidak etis jika kita mengatakan bahwa bencana ini adalah karena gejala alam semata tidak ada hubungannya dengan agama, seperti yang kita menganggap bahwa segala aturan-aturan bermasyarakat dan bernegara itu di atur oleh Negara tidak ada sangkut pautnya dengan agama, padahal agama itu diturunkan Allah sebagai petunjuk dalam mengarungi kehidupan ini.

Jika penduduk negeri ini tak berhenti dari perbuatan maksiat dan perilaku syirik, maka itu akan bisa memenuji syarat untuk manusia menerima bencana demi bencana dari Allah. Coba kita renungkan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yaitu:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raaf : 96)

SELURUH MANUSIA MEMPUNYAI KESALAHAN, TETAPI SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG SELALU MENYADARI KESALAHANNYA DAN BERUSAHA MEMPERBAIKINYA.

By. Murshal