Saturday, December 19, 2009

Momentum Hijrah untuk Berubah Menjadi Lebih Baik


Hijriah berasal dari kata hijrah yaitu berpindah tempat, tahun dalam kalender islam dinamakan tahun Hijriah karena kaum muslimin pada saat kekhalifaan Umar Bin Khatab R.A. menyepakati bahwa momentum yang sangat penting untuk selalu diingat oleh para kaum muslimin adalah pada saat Nabi Muhammad saw. Hijrah dari kota Mekah ke Madinah. Momentum Hijrah Rasulullah sangat berarti dan penting dalam proses perkembangan ajaran agam islam karena di situlah saat pertama umat islam yang dipimpin Rasulullah membangun kekuatan dan pondasi untuk kemudian sampailah islam menjadi besar serta menyebar ke seluruh penjuru bumi sampai sekarang. Hijrah merupakan peristiwa yang sangat penting dan besar bagi seluruh kaum muslimin di dunia karena disitu merupakan awal mula kebangkitan islam. Jadi, kalender tahun islam dinamakan Tahun Hijriah, supaya kaum muslimin dari generasi ke generasi tidak melupakan peristiwa awal mula kebangkitan islam tersebut.


Hijrah bermakna berpindah, perpindahan itu dapat diartikan dalam dua jenis dan bisa saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Yaitu yang pertama, Hijrah atau berpindah tempat dalam arti sebenarnya yaitu berpindah tempat secara kasat mata seperti halnya yang dilakukan Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Kedua yaitu Hijrah dalam arti berpindah tempat secara tidak kasat mata atau lebih mengarah ke hal rohaniah yang artinya berpindah tempat dari sifat yang dulunya tercela dan buruk ke arah sifat lebih baik. Proses hijrah Rasulullah dahulu merupakan gabungan antara hijrah fisik kasat mata dan hijrah yang tidak kasat mata atau sifat. Dalam hal kekinian hijrah kita itu tergantung dari keadaan yang sementara dialami, ada yang memang mengharuskan untuk hijrah menurut kedua pengertian tersebut yaitu hijrah arti sebenarnya yaitu berpindah tempat dan hijrah yang lebih bersifat rohaniah, dan ada juga yang hanya memerlukan untuk berhijrah secara tidak kasat mata yaitu mengubah sifat dari dulunya kurang baik menjadi lebih baik, dan saya rasa keadaan kita sekarang itu lebih mengarah untuk berhijrah secara pengertian yang kedua yaitu berhijrah atau berpindah tempat dari yang dahulu sifat dan perilakunya buruk menjadi bersifat dan berperilaku yang lebih baik.Jad, intinya makna hijrah yaitu usaha perpindahan dari sesuatu yang dulunya tidak baik atau kurang baik menjadi semakin baik.


Hikmah atau makna lain yang bisa dipetik dari momentum hijrah yaitu sebagai pemicu dan motivasi kaum muslimin untuk bisa menjadi lebih baik karena mengingat peristiwa dan usaha-usaha yang sangat berat dari Rasulullah dan para sahabat dalam bermujahadah demi kebangkitan umat muslim. Oleh karena itu, marilah kita menjadikan momentum tahun baru Hijriah ini sebagai motivasi kita untuk berniat dan berusaha minimal untuk memperbaiki diri sendiri kemudian ke hal yang lebih luas. Untuk berubah menjadi lebih baik dibutuhkan niat dan kesadaran, karenanya introspeksi diri dan muhasabah kemudian taubat sangat diperlukan sebagai dasar untuk perbaikan diri kemudian dilanjutkan dengan usaha. 


Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah saw. bersabda bahwa barangsiapa yang hari ini sama dengan hari yang lalu berarti ia adalah orang yang merugi, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari yang lalu berarti ia adalah orang yang celaka, dan barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari yang lalu maka ia adalah orang yang beruntung.



Subhanallah, semoga kita termasuk golongan orang yang beruntung……AMIN.

Monday, December 7, 2009

Empat hal yang dapat mengubah takdir



Ada empat cara yang Allah telah takdirkan dan dapat mengubah takdir Allah SWT.:

1.Ikhtiar, Allah memberikan kepada kita tenaga, akal pikiran, dan perasaan yang merupakan prosesi untuk ikhtiar, berusaha, berjuang, bekerja, dan bergerak. Kita dianjurkan untuk selalu berikhtiar, berjuang, sabar dalam ikhtiar. Introspeksi diri dan memperbaiki keadaan dalam berjihad. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah takdir suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah keadaan dirinya.”(Al-Radu : 11)

2.Do'a,
“Tidak ada yang dapat mengubah takdir kecuali do'a” (H.R. Tirmidzi)
Doa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah do'a yang ikhlas dan sungguh-sungguh. Allah menegaskan dalam firman-Nya:

“Berdo'alah kepada-Ku, niscaya niscaya akan Aku kabulkan.” (Al-Mu’min : 60)

Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang mengemis kepada-Nya, memohon kepada-Nya, agar kiranya Dia campur tangan dalam urusan kita. Menangis dalam berdoa. Puncak kekhusukan do'a adalah pada saat kita berdo'a sambil menangis, karena menangis mereka bertambah khusuk. Berdo'a saat sujud karena itu adalah posisi yang terbaik untuk berdoa. Oleh karena itu, perbanyaklah berdoa saat sujud.

3.Khusnuzhan, dalam hadits qudsi:
“Aku bagaimana prasangka atau praduga hamba-Ku.” (H.R. Bukhari)

Baik sangka merupakan akhlak yang terpuji, ada hikmahnya dan banyak kebaikannya. Kita harus selalu berbaik sangka bahwa dalam setiap peristiwa ada rahmat Allah. Subhanallah! Denga berbaik sangka bahwa di balik sakit ada rahmat, di balik musibah ada hikmah dan di dalam kematian ada ridha Allah, maka kita akan bertambah dekat dengan Allah. Dengan berbaik sangka, takdir itu akan menjadi lebih baik, akan diterimanya dengan ikhlas, dan percaya bahwa takdir itu adalah qudrah dan iradat Allah. Semua takdir yang diberikan oleh Allah adalah yang terbaik. Hanya saja kita sering melihatnya dengan nafsu dan emosi. Sedangkan dalam nafsu ada dunia, dosa, dan kepentingan-kepentingan sesaat yang menyebabkan kita tidak nyaman melihat takdir dan selalu menyalahkan.

4.Tawakkal kepada Allah SWT. Setelah kita berikhtiar, berdoa dan berbaik sangka kemudia yang terakhir kita harus tawakkal. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Barang siapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah (setelah ia berikhtiar, berdoa, berkhusnudzan) niscaya Allah akan mencukupi kebutuhannya (urusan berikutnya adalah urusan Allah).” (At-Thalaq : 3)


Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang setelah berjuang maksimal, lalu ia menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, apapun yang diberikan Allah dia terima dengan lapang dada. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Allah senang/cinta/sayang kepada hamba-hamba-Nya yang menyerahkan urusannya kepada Allah.” (Ali-Imran : 159)

Sebagai manusia kita tidak ada apa-apanya, lemah dan dhaif. Karena itu, setelah berikhtiar kita serahkan segalanya kepada Allah. Usaha wajib, tetapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Apapun keputusan Allah itulah yang terbaik.

(SUMBER: USTADZ ARIFIN ILHAM)

Saturday, December 5, 2009

MURSALIN MUHMAR



M asih ingatkah wahai diri………?
U raian waktu yang telah terjadi
R esah, sedih, senang, duka, riang, dan bahagia
S emuanya telah terjadi dan terus silih berganti
A ndai terselami segala masa
L alu dapat dipahami hikmah kesudahannya
I mpian-impian yang terbuai dari dalamnya jiwa
N aluri untuk menggapai kebahagiaan sejati

M emang hidup tak hanya sampai di sini
U mpama jiwa yang tak pernah mati
H ingga datangnya akhir yang abadi
M elanjutkan asa pada kehidupan hakiki
A gar tekuak misteri nafsu diri
R asa, kembalilah dengan fitrah yang suci

Makassar, 06 Juni 2008