Presiden SBY yang pada saat penggerebekan berada di Australia, dengan mantap dan bangga di depan publik Australia langsung berpidato dan menegaskan pembenaran bahwa Dulmatin dan beberapa tersangka teroris memang telah dibunuh. Beberapa saat setelah itu, pihak kepolisian melalui Kapolri Bambang Hendarso Danuri mengadakan konferensi pers di media bahwa memang Dulmatin sudah tewas dibunuh oleh tim densus 88, hal itu mengacu pada hasil tes DNA Dulmatin dengan orang yang tewas sama. Di dalam pidato konferensi persnya tersebut, Kapolri dengan gayanya yang khas, seperti pada pembunuhan dan penggerebekan tersangka teroris lainnya yaitu Nurdin M top, Urwah, dll, kelihatan begitu bangga dengan hasil tersebut.
Yang menjadi pertanyaan saya, mengapa hanya pada saat pembunuhan dan pengejaran para orang yang dikatakan sebagai teroris, pemerintah dan pihak kepolisian terlihat begitu antusias dan bangga memberantasnya, tetapi kita lihat dalam kasus lain contohnya seperti penyelesaian masalah kasus kejahatan bank Century yang semakin berlarut-larut dan sampai sekarang tidak jelas muaranya dimana, pihak pemerintah, kepolisian, KPK, kejaksaan, semuanya seperti sembunyi tangan, atau misalnya pada kasus-kasus yang menimpa dan merugikan masyarakat kecil secara langsung, pihak kepolisian seperti kurang greget atau kurang bergairah….? Itu hanya menjadi pertanyaan saya, yang tentunya saya sendiri juga tidak bisa menjawabnya karena hanya orang-orang yang berkompeten yang bisa menjawab hal tersebut. Kalau saya, seandainya penuntasan kasus-kasus korupsi atau kejahatan, seperti skandal bank Centuri, penanganannya bisa lebih cepat seperti pada kasus pembunuhan dan penangkapan orang-orang yang dikatakan teroris, akan sangat bagus sekali demi terciptanya keadilan dan kebenaran.
Yang jg sangat mengherankan kenapa isu terorisme diangkap bersamaan dengan gencarnya kasus bank Century yang semakin berlarut-larut, serta menjelang kedatangan presiden negara kapital Amerika Serikat. Pas sekali momennya, kenapa tidak dari dulu...
Heran juga melihat negara kita ini seperti sinetron saja, dengan rekayasa-rekayasa cerita.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Masukkan Komentar Anda